Kepedulian Sosial 

Khutbah Jumat, 19  Dzul Qaedah 1438 H / 11 Agustus 2017 M

Kepeduliaan Sosial

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ حَمْدًا يَلِيقُ بِجَلاَلِ وَجْهِهِ وَعَظِيمِ سُلْطَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، قَالَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى:وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ)([1]).

Para jamaah shalat : sesungguhnya kepeduliaan sosial, adalah perasaan bertanggung jawab,  loyalitas yang tulus dan setiap individu menjalankan kewajibannya sesuai kedudukannya dalam masyarakat dan sesuai tugasnya masing-masing, Rasulullah Saw bersabda :

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتهِ، الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَمَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ في بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْؤُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertangung jawab atas kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas kepemimpinannya, seorang suami adalah pemimpin dalam rumah tangganya dan ia bertanggung jawab atas kepemimpinannya, seorang isteri adalah pemimpin didalam rumah suaminya dan ia bertanggung jawab atas kepemimpinannya” (Muttafaq ‘Alaih).

Kepeduliaan sosial menjadikan setiap orang bertanggung jawab, menunaikan amanah dengan profesional dan inovatif, ia terdorong oleh keimanannya kepada Allah serta kemauannya yang tulus untuk berbakti pada masyarakat untuk kemajuannya, Nabi Saw bersabda :

عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ صَدَقَةٌ». قَالُوا: فَإِنْ لَمْ يَجِدْ؟ قَالَ:« فَيَعْمَلُ بِيَدَيْهِ فَيَنْفَعُ نَفْسَهُ وَيَتَصَدَّقُ». قَالُوا: فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ؟ قَالَ :«فَيُعِينُ ذَا الْحَاجَةِ الْمَلْهُوفَ». قَالُوا: فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ :«فَيَأْمُرُ بِالْخَيْرِ». قَالُوا: فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ:« فَيُمْسِكُ عَنِ الشَّرِّ، فَإِنَّهُ لَهُ صَدَقَةٌ

“Setiap muslim harus bersedekah ? Mereka bertanya : bila tidak punya ? Beliau menjawab : ia bekerja dengan tenaganya, ia akan bermanfaat untuk dirinya lalu bersedekah. Mereka bertanya : jika ia tidak mampu ? Beliau menjawab : menolong orang yang kesulitan. Mereka bertanya : bila ia tidak melakukan ? Beliau bersabda : hendaknya ia memerintahkan berbuat baik. Mereka bertanya : bila ia tidak melakukan ? Nabi menjawab : menahan dirinya dari keburukan, karena itu berarti sedekah baginya” (Muttafaq ‘Alaih).

 

Dalam hadits diatas terdapat anjuran untuk peduli terhadap sesama yang hidup di sekitar kita dan bersungguh-sungguh dalam memberikan bantuan pada mereka.

Bila setiap individu menjalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya, maka berarti ia telah berkontribusi dalam pembangunan masyarakatnya, serta ikut andil positif dalam pembangunan peradaban tanah airnya, Nabi Saw bersabda :

إِنَّ الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

“Sesungguhnya seorang mukmin bagi mukmin lain bagaikan bangunan yang saling menguatkan” (Muttafaq ‘Alaih).Maksudnya setiap individu menguatkan individu lainnya, dan setiap individu berkontribusi dalam pembangunan masyarakatnya, saling membantu dalam kebaikan dan kebajikan, Allah Swt berfirman :

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى

“Dan tolong menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa” (Al Maidah 5 : 2)

Dengan saling menolong, saling membantu dan saling peduli, masyarakat akan maju dan pembangunan berjalan lancar.

 

Hamba Allah : darimana kepedulian sosial itu berawal ? kepedulian bermula sejak seseorang menunaikan kewajibannya yang terpenting, seperti perhatiannya terhadap keluarga, karena ia merupakan inti dari masyarakat, dilanjutkan dengan bakti dan berbuat baik terhadap kedua orang tua, Allah berfirman :

وَوَصَّيْنَا الإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا

“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya” (Al Ankabut 29 : 8). Maka ketika seorang anak merasakan dan mengerti hak kedua orang tuanya, hal ini akan menjadi motivasi dan pendorong terbesar agar merawat, berbakti dan menjaga keduanya, karena ridha Allah ada pada bakti pada kedua orang tua dan  menunaikan hak-hak keduanya, mata rantai kepedulian sosial selanjutnya adalah seseorang memberikan perhatian pada isteri dan putra-putrinya, Rasulullah Saw bersabda :

 

إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى سَائِلٌ كُلَّ رَاعٍ عَمَّا اسْتَرْعَاهُ أَحَفِظَ ذَلِكَ أَمْ ضَيَّعَ، حَتَّى يَسْأَلَ الرَّجُلَ عَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ

“Sesungguhnya Allah Swt akan meminta setiap pemimpin untuk bertanggung jawab. Apakah ia menjaga tanggung jawab itu atau melalaikannya ? hingga seorang suami akan diminta pertanggung jawaban atas keluarganya”(Ibnu Hibban 4493). Cakupan kepedulian sosial sangat luas, diantaranya menjaga hak-hak tetangga dan menjaga kesuciaannya, Allah berfirman :

وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ

“Tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat” (An Nisa’ 4 : 36). Dan begitulah kepedulian sosial memberikan rasa ingin hidup dalam kebersamaan, interaksi positif dengan semua lapisan masyarakat dengan beragam agama, keyakinan, etnis dan aliran mereka, dan dengan akhlak mulia, interaksi baik dengan sesama, saling menghargai, berbuat buat, rukun dalam bertetangga, membangun komunikasi baik, cinta kebaikan bagi mereka, tidak menyakiti, menjaga kehormatan dan harta mereka, inilah yang diperintahkan oleh agama kita yang mulia, Nabi Saw bersabda :

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ النَّاسُ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

“Seorang muslim adalah orang lain selamat dari gangguan ucapan dan perbuatannya” (Muttafaq ‘Alaih dan An Nasa’i 4995)

Semua prilaku kemasyarakatan yang baik ini dapat menguatkan kerekatan, kedekataan, kebersamaan dan dapat membuka wawasan yang luas dalam berinteraksi positif antar sesama anggota masyarakat.

 

Kaum muslimin : sesungguhnya kepeduliaan sosial dapat mendorong seseorang untuk mentaati undang-undang dan peraturan yang mengatur kehidupan masyarakat, dimana aturan tersebut diletakkan untuk menjaga kemaslahatan negara dan masyarakat, agar terwujud kemanfaatan dan agar terhindar dari kemudaratan, serta agar jiwa dan pencapaian terlindungi dan kebaikan meliputi semua masyarakat, dan semoga setiap orang mendapatkan pahala sesuai dengan tujuan dan usaha yang telah dilakukannya, disebutkan dalam firman Allah :

يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا

“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya)” (Al Imran 3 : 30)

 

Ya  Allah berilah kami semua taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Al Amin Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).

نَفَعَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.أُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ.

Para jamaah shalat : sesungguhnya kepedulian sosial dapat menguatkan hubungan, membangun masyarakat dan peradabannya, ia juga dapat menyebarkan budaya kerja sukarela antara anggota masyarakat, sehingga pada akhirnya akan terbentuk sebuah masyarakat yang kuat, yang mengikat, saling mencintai seperti satu tubuh yang saling menguatkan, pilarnya mengakar kuat, motonya adalah solidaritas dan kerelawanan, yang menyediakan anggotanya dengan pemberian kasih sayang, sehingga harapan dan kasih sayang tersebar meluas, yang tertimpa kesulitan menjadi lega, kebaikan, kebajikan dan keberkahan menjadi cerminan masyarakat itu :

وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Allah akan menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya” (Muslim 2699)

 

هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى:( إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا)([2]). وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r :« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا»([3]). اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

اللَّهُمَّ إِنَّكَ قَدْ مَنَنْتَ عَلَيْنَا بِوَطَنِ التَّسَامُحِ وَالْمَحَبَّةِ؛ فَاجْعَلِ الْعَفْوَ شِيمَتَنَا، وَالتَّسَامُحَ خُلُقَنَا، وَالتَّرَاحُمَ سُلُوكَنَا، وَالْعَطَاءَ دَأْبَنَا.

اللَّهُمَّ زِدِ الإِمَارَاتِ عِلْمًا وَحَضَارَةً، وَبِنَاءً وَازْدِهَارًا، وَرقيا وَجَمَالاً.

اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا حُبَّ الْقِرَاءَةِ وَالْكِتَابِ وَطَلَبِ الْعِلْمِ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ أَلْسِنَتَنَا رَطْبَةً بِذِكْرِكَ، نَاطِقَةً بِشُكْرِكَ، مُحْسِنَةً إِلَى خَلْقِكَ.

اللَّهُمَّ ارْحَمْ شُهَدَاءَ الْوَطَنِ وقُوَّاتِ التَّحَالُفِ الأَبْرَارَ، اللَّهُمَّ اجْزِ خَيْرَ الْجَزَاءِ أُمَّهَاتِ الشُّهَدَاءِ وَآبَاءَهُمْ وَزَوْجَاتِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ جَمِيعًا، اللَّهُمَّ انْصُرْ قُوَّاتِ التَّحَالُفِ الْعَرَبِيِّ، الَّذِينَ تَحَالَفُوا عَلَى رَدِّ الْحَقِّ إِلَى أَصْحَابِهِ، اللَّهُمَّ وَفِّقْ أَهْلَ الْيَمَنِ إِلَى كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْمَعْهُمْ عَلَى كَلِمَةِ الْحَقِّ وَالشَّرْعِيَّةِ، وَارْزُقْهُمُ الرَّخَاءَ وَالاِسْتِقْرَارَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِينَ.

اللَّهُمَّ انْشُرِ الاِسْتِقْرَارَ وَالسَّلاَمَ فِي بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ وَالْعَالَمِ أَجْمَعِينَ.

اللَّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الأَكْرَمِينَ.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ، عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ، وَنَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ لَنَا وَلِوَالدينَا، وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا، وَلِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ.

اللَّهُمَّ وَفِّقْ رَئِيسَ الدَّوْلَةِ، الشَّيْخ خليفة بن زايد، وَأَدِمْ عَلَيْهِ مَوْفُورَ الصِّحَّةِ وَالْعَافِيَةِ، وَاجْعَلْهُ يَا رَبَّنَا فِي حِفْظِكَ وَعِنَايَتِكَ، وَوَفِّقِ اللَّهُمَّ نَائِبَهُ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الأَمِينَ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيْخ مَكْتُوم، وَشُيُوخَ الإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَدْخِلِ اللَّهُمَّ فِي عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ وَرَحْمَتِكَ آبَاءَنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَجَمِيعَ أَرْحَامِنَا وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلاَ تَدَعْ فِيْنَا وَلاَ مَعَنَا شَقِيًّا وَلاَ مَحْرُوْمًا.

اللَّهُمَّ احْفَظْ دَوْلَةَ الإِمَارَاتِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَدِمْ عَلَيْهَا الأَمْنَ وَالأَمَانَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ([4]).

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللَّهِ:( إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ)([5]).

اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ (وَأَقِمِ الصَّلاَةَ إِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ)([6]).

https://www.awqaf.gov.ae/Jumaa.aspx?SectionID=5&RefID=6697

Diterbitkan oleh latape2003

Berbagi ilmu yang didapat, agar para sahabat menjadi tertambat pada ajaran syariat

Tinggalkan komentar