Wakaf dan peran peradabannya

Khutbah Jum’at, 09 Ramadhan 1444 H / 31  Maret 2023 M

Wakaf dan peran peradabannya

Khutbah Pertama

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ، دَعَا عِبَادَهُ لِيَكُونُوا في الْخَيْرِ مُسَارِعِينَ، حَتَّى يُجْزِلَ لَهُمُ الأَجْرَ العَظِيمَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، كَانَ مُشَمِّرًا عَنْ سَاعِدِهِ لِلْعَمَلِ بِوَصَايَا رَبِّ العَالَمِينَ، صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَأَتْبَاعِهِ العَامِلِينَ. أَمَّا بَعْدُ

Bertakwalah kepada Allah -wahai hamba Allah- Dia berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan” (Al Maidah 5 : 35). Ketahuilah bahwa media bertaqarrub kepada Allah, mencari ridha-Nya, dan mendapatkan kemenangan meraih surga adalah dengan mengerjakan perintah dan menjauhi larangan-Nya, dan ketika Allah memanggil kaum mukminin agar segera mendapatkan ampunan dan surga-Nya adalah dengan memanggil mereka agar mengerjakan perintah menggunakan kata “bersegeralah”, disebutkan dalam firman-Nya :

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (Ali Imran 3 : 133). Kemudian Allah menjelaskan sifat-sifat orang yang bertakwa yang berhak mendapatkan ampunan, surga dan pahala, sifat yang pertama yang disebutkan adalah berinfak di jalan :

الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ 

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (Ali Imran 3 : 134). Infak disini -wahai hamba Allah- merupakan nama yang mencakup semua jenis kebaikan, kecil ataupun besar,  dan di antara infak yang paling utama adalah sedekah yang berlanjut pahalanya di masa hidup dan setelah wafat orang yang berinfak, dan ini dikenal dengan sedekah jariyah atau wakaf.

Jika seorang pewakaf ingin memberikan sebagian dari hartanya, maka ia harus mempertimbangkan apa yang paling bermanfaat dan paling penting ke arah mana harta wakaf itu akan digunakan, Jadi hendaknya jangan mewakafkan apapun yang sudah ada wakaf yang diperuntukkannya, sementara masih banyak kebaikan harta wakaf yang sangat ditunggu manfaatnya oleh orang lain, pewakaf harus melihat kebutuhan masyarakatnya, dan di antara wakaf yang penting dan lagi mendesak pada hari ini adalah wakaf yang menjadi penyebab penyelesaian masalah, terpenuhinya kebutuhan, atau wakaf yang berkaitan dengan pengobatan dan perawatan masyarakat, atau yang berkaitan dengan ilmu, atau wakaf untuk biaya pernikahan para pemuda pemudi; hal ini berdasarkan apa yang kita saksikan dari keterlambatan dan penundaan sebagia pemuda dalam menikah karena kekurangan dana dan mahalnya mahar dan biaya pernikahan, dan sejenisnya.

Kaum mukminin : wakaf dalam Islam adalah menahan aset (harta) dan menjadikan manfaat yang diperoleh darinya untuk kebaikan, yang dimaksud dengan aset adalah yang dapat dimanfaatkan tapi aset tersebut tetap ada, seperti property, toko, ladang dan sejenisnya, sedangkan yang dimaksud dengan manfaat adalah hasil yang dihasilkan dari aset tersebut, seperti sewa, buah, hunian rumah, dan lain-lain. Di dalam hadits dari Ibnu Umar RA, bahwa Umar bin Khattab RA mendapatkan lahan di Khaibar, lalu ia datang kepada Nabi Saw menunggu perintah tentang hal tersebut : ia bertanya : wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mendapatkan lahan di Khaibar, dan aku tidak mendapatkan harta yang lebih berharga darinya, lalu apa perintahmu untukku ? Beliau menjawab : jika kamu mau, tahan (pelihara) tanahnya dan kamu bersedekah dengan hasilnya. Ia berkata : lalu Umar bersedekah dengan hasilnya, bahwa ia tidak memperjual belikan tanahnya, tidak diwariskan, tidak dihadiahkan, Ia berkata : lalu Umar bersedekah untuk para fakir, para kerabat, untuk membebaskan budak, untuk sabilillah dan ibnu sabil, untuk tamu, dan tidak mengapa bagi walinya untuk memakan sekedarnya atau memberi makan teman dengan tidak menyimpannya. Dalam hadits lainnya, Nabi Saw bersabda : “Sesungguhnya termasuk yang diperoleh seorang mukmin dari amalannya dan kebaikannya sesudah kematiannya adalah ilmu yang ia sebarluaskan, anak shalih yang ia tinggalkan, atau mushaf (Al Quran) yang ia wariskan, atau masjid yang ia bangun, atau rumah singgah yang ia bangun untuk orang yang dalam perjalanan, atau sungai yang ia alirkan (untuk irigasi), atau sedekah yang ia keluarkan dari hartanya pada waktu sehatnya dan ketika ia masih hidup, (semua ini pahalanya) akan menyusulnya sesudah kematiannya”. Wahai pencari kebaikan, sambutlah kebaikan yang besar ini, yang akan bermanfaat bagimu selama hidupmu dan setelah kematianmu,  wahai orang yang memiliki keluasan harta dari Allah, bersedekahlah dari sebagian hartamu, karena Allah telah berjanji akan menggantinya untukmu :

وَمَا أَنفَقْتُم مِّن شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya” (Saba’ 34 : 39)

Kaum muslimin yang mulia : wakaf memiliki empat rukun utama yang harus tersedia dalam setiap wakaf, yaitu ; barang yang diwakafkan yang disebut dengan aset, tujuan wakaf yaitu pihak yang akan menerima manfaat wakaf, pewakaf, shigaf wakaf yaitu akad yang harus diucapkan, karena tidak cukup berniat dalam dirinya tanpa diucapkan bahwa wakaf harta tersebut untuk tujuan yang telah ditentukan. Sebagaimana wakaf boleh dalam bentuk aset seperti property, boleh juga dalam barang bergerak seperti kendaraan, baju, perhiasan, buku yang bisa dimanfaatkan untuk dibaca. Wakaf mengeluarkan pemiliknya dari kepemilikan harta yang diwakafkan, maka tidak boleh setelah diwakafkan untuk dijual, dihadiahkan, atau digunakan dalam bentuk lainnya. Bila harta yang diwakafkan sudah tidak berguna, maka boleh dijual setelah mendapatkan persetujuan dari pihak terpercaya yang memiliki pengalaman di bidang harta, karena wakaf harus dijaga kemaslahatannya, bila harta yang diwakafkan bermanfaat, maka gunakan untuk hal yang bermanfaat, bila tidak maka jangan dilakukan, karena jalan wakaf adalah jalan anak yatim, Allah Sw berfirman : 

فَمَن بَدَّلَهُ بَعْدَمَا سَمِعَهُ فَإِنَّمَا إِثْمُهُ عَلَى الَّذِينَ يُبَدِّلُونَهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Barangsiapa mengubahnya (wasiat itu), setelah mendengarnya, maka sesungguhnya dosanya hanya bagi orang yang mengubahnya. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui” (Al Baqarah 2 : 181). Jadi tidak boleh melanggar ketentuan harta wakaf, karena ia merupakan amanah bagi walinya, yang harus dijaga mana yang lebih bermaslahat bagi harta tersebut, dan tidak boleh bermalas-malas atau mengabaikan penjagaan harta dan mengembangkannya, di dalam hadits dari Anas bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Sesungguhnya Allah meminta pertanggung jawaban setiap pemimpin atas kepemimpinannya, apakah ia menjaga atau menyia-nyiakannya”. Sebagaimana boleh menangguhkan wakaf setelah kematian pewakaf, dan kemudian akan dimasukkan hukum wasiat :

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْيَتَامَىٰ ۖ قُلْ إِصْلَاحٌ لَّهُمْ

“Dan Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang anak-anak yatim. Katakanlah, “Memperbaiki keadaan mereka adalah baik!” (Al Baqarah 2 : 220). Wasiat tidak boleh lebih dari sepertiga, tidak boleh diwakafkan untuk anak-anaknya karena ini seperti hukum wasiat, tidak boleh diwasiatkan untuk ahli waris, tidak boleh merubah sedikit pun dari hukum waris dengan wakaf atau wasiat atau lainnya, karena itu melanggar perintah Allah dan melanggar batasan-Nya.

Bertakwalah kepada Allah -wahai hamba Allah- serta tunaikan perintah-nya, karena disana terdapat kebaikan, surga dan ridha-Nya, dan menjauhlah dari kemaksiatan, karena disana terdapat keburukan, dosa dan penyesalan

أقُولُ قَوْلي هَذَا   وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ   لي وَلَكُمْ،   فَاسْتغْفِرُوهُ   يَغْفِرْ لَكُمْ    إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ،  وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ لَكُمْ   إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ.

Khutbah Kedua

الحَمْدُ للهِ، وَلِيِّ الإِحْسَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، العَظِيمُ المَنَّانُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، المُؤَيَّدُ بِالحُجَّةِ وَالبُرْهَانِ، صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ أَمَّا بَعْدُ

Hamba Allah : para bapak dan ibu kita telah berlomba-lomba pada bidang wakaf, mereka mengharap ridha Allah dalam setiap amal kecil dan besar, di antaranya wakaf untuk para fakir, mengasuh anak yatim, menyediakan air, wakaf untuk berbuka puasa, ada pula yang berwakaf untuk pengobatan orang sakit, juga wakaf untuk memberantas buta huruf dan mengajarkan Al Quran, wakaf buku-buku untuk para pelajar, begitulah banyak ragam wakaf bagi penduduk Islam secara keseluruhan dan terutama penduduk Oman, hingga disebutkan ada puluhan ragam wakaf di Oman, dan di antara harta yang paling pertama di wakafkan di Oman adalah wakaf seorang sahabat Mazin bin Ghadubah At Tha’i RA untuk masjid Al Midhmar, dan terus wakaf ini berkelanjutan setelah sahabat Nabi Saw sebagai bentuk qurbah kepada Allah Swt, karena mengetahui pentingnya wakaf serta kedudukan dan perannya dalam peradaban, dalam pengembangan masyarakat, dan karena kedudukannya yang tinggi dan mulia serta manfaat dunia akhirat yang akan pewakaf terima, maka banyak sepanjang sejarah di negara-negara Islam madrasah-madrasah besar yang semisal universitas sekarang dengan berbagai jurusan keilmuan, dimana para pelajar dari seluruh penjuru dunia belajar disana disebabkan harta wakaf.  Ada pula wakaf kebun, bangunan dan properti yang digunakan keuntungannya untuk mengentaskan kemiskinan dan membantu penduduk berpenghasilan terbatas, dan juga untuk membantu pernikahan para pemuda, untuk membantu orang-orang yang tidak mampu membayar hutang, untuk membangun jalan raya dan untuk pengairan. Wakaf yang paling utama adalah yang berimbas untuk orang banyak, untuk pertumbuhan, untuk pembangunan, untuk pengembangan, sehingga kita bisa menggapai tujuan yang diharapkan.

Maka ikutilah jejak mereka -wahai hamba Allah- serta lanjutkanlah manhaj mereka :

وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا ۚ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Al Muzzammil 73 : 20)

هذَا، وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى رَسُولِ اللهِ الأَمِينِ، فَقَدْ أَمَرَكُمْ رَبُّكُمْ بِذَلكَ حِينَ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّم عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلَّمتَ عَلَى نَبِيِّنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ نَبِيِّنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى نَبِيِّنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ نَبِيِّنَا إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِينَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِينَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَعَنِ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وعَنْ جَمْعِنَا هَذَا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِينَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُومًا. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلامَ وَاهْدِ الْمُسْلِمِينَ إِلَى الْحَقِّ، وَاجْمعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الخَيْرِ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلامَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ يَا ذَا الجَلالِ وَالإِكْرَامِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ بِكَ نَستَجِيرُ، وَبِرَحْمَتِكَ نَستَغِيثُ أَلاَّ تَكِلَنَا إِلَى أَنفُسِنَا طَرفَةَ عَينٍ، وَلاَ أَدنَى مِنْ ذَلِكَ، وَأَصلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ يَا مُصلِحَ شَأْنِ الصَّالِحِينَ. اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِينَ، اللَّهُمَّ أَسْبِغْ عَلَيْهِ نِعمَتَكَ، وَأَيِّدْهُ بِنُورِ حِكْمَتِكَ، وَسَدِّدْهُ بِتَوفِيقِكَ، وَاحفَظْهُ بِعَينِ رِعَايَتِكَ. اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ. رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَات، المُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَات، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدُّعَاءِ. عِبَادَ الله إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Al Quran dan puasa

Khutbah Jum’at, 09 Ramadhan 1444 H / 31 Maret 2023 M

Al Quran dan puasa

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ الْقُرْآنَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ، نُورًا وَهُدًى لِلْإِنْسَانِ، فَاللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ، آمَنَّا بِكَ وَبِمَلَائِكَتِكَ، وَكُتُبِكَ وَرُسُلِكَ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، رَضِينَا بِكَ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ

Aku berwasiat kepada kalian –wahai hamba Allah- dan kepada diriku agar bertakwa kepada Allah Yang Maha Tinggi, Dia berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ‌اعْبُدُوا ‌رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa” (Al Baqarah 2 ; 21). Para shaimin : Allah Azza wa Jalla berfirman :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى ‌وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu” (Al Baqarah 2 : 185). Allah mengistimewakan bulan Ramadhan dengan kewajiban puasa dan diturunkannya Al Quran, dimana Jibril AS berjumpa dengan Nabi Saw :

‌فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ ‌القُرْآنَ

“Pada setiap malam Ramadhan untuk mengajarkan Al Quran”. Pada puasa dan Al Quran terkumpul sebab-sebab ketakwaan, yang mendidik akhlak manusia agar lebih mulia dan dirinya lebih bersih, Allah Swt berfirman menjelaskan tentang puasa :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ ‌لَعَلَّكُمْ ‌تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Al Baqarah 2 : 183). Allah berfirman tentang Al Quran :

ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ ‌هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (Al Baqarah 2 : 2). Orang-orang yang bertakwa adalah orang yang menjaga hak Al Quran dengan baik, yang membaca dengan baik dan menghayatinya dengan baik pula, disebutkan dalam firman Allah :

كِتَابٌ ‌أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran” (Shad 38 : 29). Maksudnya bahwa kitab ini Kami turunkan kepadamu (Muhammad Saw) dengan kebaikan dan manfaat yang melimpah, keberkahan yang besar agar ayat-ayatnya dihayati oleh orang-orang yang berakal, hingga terpahami maknanya dan diamalkan kandungannya, Allah Swt berfirman :

وَهَذَا كِتَابٌ ‌أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ

“Dan Al Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia” (Al An’am 6 : 155). Mengikuti Al Quran yang mulia akan membuahkan cahaya di hati, ketentraman jiwa dan kebahagiaan dalam kehidupan, Dia berfirman :

كِتَابٌ ‌أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ

“(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji” (Ibrahim 14 : 1). Maha benar Allah dengan firman-Nya :  

إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي ‌لِلَّتِي ‌هِيَ ‌أَقْوَمُ

“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus” (Al Isra’ 17 : 9). Ya Allah berilah pertolongan kepada kami dalam menjalankan puasa dan membaca Al Quran dan berilah kami taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan agar ditaati, sebagai pengamalan atas firman-Mu : “Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59)

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَكْرَمَنَا بِالصِّيَامِ وَالْقُرْآنِ، وَجَعَلَهُمَا لِصَاحِبِهِمَا يَشْفَعَانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى الْمَبْعُوثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ

Para shaimin : sesungguhnya puasa dan Al Quran memberi syafaat kepada pelakunya di hari kiamat, Rasulullah Saw bersabda :

إِنَّ الصِّيَامَ وَالْقُرْآنَ ‌يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ، يَقُولُ الصِّيَامُ: رَبِّ، مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ، وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ، وَيَقُولُ الْقُرْآنُ: رَبِّ، مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ، فَيَشْفَعَانِ

“Sesungguhnya puasa dan Al Quran memberi syafaat kepada pelakunya pada hari Kiamat. Puasa berkata : Ya Tuhanku aku telah menahan makan dan syahwatnya di siang hari, maka berilah aku izin untuk memberikan syafaat kepadanya. Berkata pula Al Quran : wahai Tuhanku, aku telah menghalanginya dari tidur di malam hari, maka berilah aku izin untuk memberikan syafaat kepadanya. Maka keduanya diberikan izin untuk memberi syafaat” (Ahmad 6785). Maka marilah kita gunakan –wahai hamba Allah- siang dan malam Ramadhan untuk membaca dan menghayati Al Quran, karena Allah Swt menurunkan keberkahan, ketentraman, rahmat, melipatgandakan kebaikan dan mengangkat derajat. Nabi Saw bersabda :  

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا

“Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya” (At Tirmidzi 2910). Dalam hadits lain, Nabi Saw bersabda :

يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ: اقْرَأْ، وَارْقَ، وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا، فَإِنَّ ‌مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ ‌آخِرِ ‌آيَةٍ تَقْرَؤُهَا

“Dikatakan kepada orang yang rajin membaca Al Quran: “Bacalah, naiklah dan bacalah secara tartil, sebagaimana engkau membaca tartil di dunia, karena kedudukanmu berada di akhir ayat yang engkau baca” (At Tirmidzi 2914).  Ya Allah berilah kami syafaat puasa dan Al Quran, jadikanlah keduanya sebagai penambah keimanan kami, pengangkat akhlak kami, penambah keberkahan di rumah kami, cahaya dalam kehidupan kami, penyembuh hati kami, pengangkat derajat kami, penambah kebaikan kami dan sebagai rahmat yang dilimpahkan kepada kami, wahai Dzat Yang Maha Penyayang

 وَصَلِّ اللَّهُمَّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الْأَكْرَمِينَ. اللَّهُمَّ احْفَظْ لِدَوْلَةِ الْإِمَارَاتِ أَمَانَهَا وَاسْتِقْرَارَهَا، وَأَدِمْ رَخَاءَهَا وَازْدِهَارَهَا، وَبَارِكْ فِي خَيْرَاتِهَا، وَاحْرُسْهَا بِرِعَايَتِكَ، وَاشْمَلْهَا بِعِنَايَتِكَ. اللَّهُمَّ وَفِّقْ رَئِيسَ الدَّوْلَةِ الشَّيْخ مُحَمَّد بْن زَايِد وَنَائِبَهُ وَإِخْوَانَهُ حُكَّامَ الْإِمَارَاتِ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ. اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيخ راشد، وَالْقَادَةَ الْمُؤَسِّسِينَ، وَالشَّيخ مَكْتُوم، وَالشَّيخ خَلِيفَة بْن زَايِد، وَأَدْخِلْهُمْ بِفَضْلِكَ فَسِيحَ جَنَّاتِكَ. وَارْحَمْ شُهَدَاءَ الْوَطَنِ وَضَاعِفْ أَجْرَهُمْ، وَارْفَعْ فِي الْجَنَّةِ دَرَجَتَهُمْ، وَشَفِّعْهُمْ فِي أَهْلِهِمْ. اللَّهُمَّ ارْحَمِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ: الْأَحْيَاءَ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتَ. اللَّهُمَّ إِنِّا نَسْأَلُكَ ‌الْهُدَى ‌وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا. عِبَادَ اللَّهِ: اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.

Akhlak orang yang berpuasa

Khutbah Jum’at, 02 Ramadhan 1444 H / 24 Maret 2023 M

Akhlak orang yang berpuasa

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الرَّحِيمِ الْمَنَّانِ، أَكْرَمَنَا بِشَهْرِ رَمَضَانَ، اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ، آمَنَّا بِكَ وَبِمَلَائِكَتِكَ، وَكُتُبِكَ وَرُسُلِكَ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ، رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ. وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، رَضِينَا بِكَ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ، وَخَاتَمُ رُسُلِكَ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ. أَمَّا بَعْدُ

Aku berwasiat kepada kalian -wahai hamba Allah- dan kepada diriku agar bertakwa kepada Allah, Dia berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ ‌تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Al Baqarah 2 : 183). Kaum mukminin : mari kita bersyukur kepada Allah yang telah menyampaikan kita pada bulan penuh berkah ini, bulan penambah bekal ketaatan bagi seorang mukmin, mendekatkan diri kepada Allah dengan beragam qurbah dan yang paling agung adalah ibadah puasa, yang merupakan ibadah ruh dan jasad, dimana jasad mencegah dari semua yang membatalkan puasa, sedangkan ruh berhias dengan sifat-sifat yang terpuji, Rasulullah Saw bersabda :

لَيْسَ الصِّيامُ مِنَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ والرَّفَثِ

“Bukanlah puasa hanya menahan makan dan minum tetapi sesungguhnya puasa juga menahan dari perbuatan sia-sia dan perkataan kotor” (Shahih Ibnu Huzaimah 3/242). Itulah hakikat puasa, jadi orang yang berpuasa menahan makan, minum dan semua yang membatalkannya, dengan merasakan nilai bulan mulia serta keagungan ibadah ini, maka ia akan menghargai kemuliaannya dengan sebaik-baiknya, hingga ia mampu memelihara pendengaran dan pandangannya dari hal yang membatalkan puasanya, sehingga ia lebih bisa menjaga kesantunan saat bermuamalah, sabar dalam bertindak, baik dalam bertutur kata, baik di dalam maupun di luar rumahnya, saat bekerja dan saat pulang pergi kerja dan saat mengendarai kendaraannya, Jabir bin Abdullah RA berkata :

إِذَا صُمْتَ فَلْيَصُمْ سَمْعُكَ وبَصَرُكَ وَلِسَانُكَ عَنِ الْكَذِبِ وَالْمَحَارِمِ، وَلْيَكُنْ عَلَيْكَ وَقَارٌ وَسَكِينَةٌ يَوْمَ صِيَامِكَ، وَلاَ تَجْعَلْ يَوْمَ فِطْرِكَ وَصَوْمِكَ سَوَاءً

“Jika engkau berpuasa, maka berpuasalah (tahanlah) pendengaran, penglihatan dan lisanmu dari berdusta dan hal-hal yang diharamkan, dan bersikaplah wibawa dan tenang pada hari puasamu, dan janganlah kamu jadikan hari berbukamu dan hari puasamu sama” (Syu’bul Iman, karangan Al Baihaqi 3646)

Ya Allah, terimalah puasa kami dan berilah kami taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan agar ditaati, sebagai pengamalan atas firman-Mu : “Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59)

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الْعَزِيزِ الْكَرِيمِ، وَعَدَ الصَّائِمِينَ بِالْأَجْرِ الْعَظِيمِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى الْمَبْعُوثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ

Para shaimin : sesungguhnya di antara akhlak orang yang berpuasa adalah menjaga nikmat, tidak menyia-nyiakannya atau berlebih-lebihan, Allah Swt berfirman :

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا ‌تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (Al A’raf 7 : 31). Hendaknya orang yang berpuasa menyediakan makanan bagi tetangga dan orang-orang yang miskin, agar ia mendapatkan pahala menghormati tetangga dan pahala menyediakan makan berbuka bagi orang yang berpuasa, seperti dijelaskan dalam sabda Rasulullah Saw :

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا؛ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ، غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun” (At Tirmidzi 807). Menggabungkan antara puasa dan menyediakan makanan termasuk penyebab masuk surga, Rasulullah Saw bersabda :

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا، وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا. فَقَالَ رَجُلٌ: لِمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: لِمَنْ أَطَابَ الْكَلَامَ، وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ، وَأَدَامَ الصِّيَامَ

“Sesungguhnya di surga ada sebuah kamar yang terlihat bagian luarnya dari dalam dan bagian dalamnya dari luar, lalu seorang bertanya : untuk siapakah itu wahai Rasulullah? Beliau bersabda: untuk orang yang perkataannya baik, suka memberi makan dan membiasakan puasa” (At Tirmidzi 1984)

هَذَا وَصَلِّ اللَّهُمَّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الْأَكْرَمِينَ. اللَّهُمَّ احْفَظْ لِدَوْلَةِ الْإِمَارَاتِ أَمَانَهَا وَاسْتِقْرَارَهَا، وَأَدِمْ رَخَاءَهَا وَازْدِهَارَهَا، وَبَارِكْ فِي خَيْرَاتِهَا، وَاحْرُسْهَا بِرِعَايَتِكَ، وَاشْمَلْهَا بِعِنَايَتِكَ. اللَّهُمَّ وَفِّقْ رَئِيسَ الدَّوْلَةِ الشَّيْخ مُحَمَّد بْن زَايِد وَنَائِبَهُ وَإِخْوَانَهُ حُكَّامَ الْإِمَارَاتِ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ. اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيخ راشد، وَالْقَادَةَ الْمُؤَسِّسِينَ، وَالشَّيخ مَكْتُوم، وَالشَّيخ خَلِيفَة بْن زَايِد، وَأَدْخِلْهُمْ بِفَضْلِكَ فَسِيحَ جَنَّاتِكَ. وَارْحَمْ شُهَدَاءَ الْوَطَنِ وَضَاعِفْ أَجْرَهُمْ، وَارْفَعْ فِي الْجَنَّةِ دَرَجَتَهُمْ، وَشَفِّعْهُمْ فِي أَهْلِهِمْ. اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا فِي هَذَا الشَّهْرِ مِنَ السَّابِقِينَ، وَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا أَجْمَعِينَ، وَأَعِنَّا فِيهِ عَلَى الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ، وَفِعْلِ الْخَيْرَاتِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْآنِ، وَاكْتُبْنَا فِيهِ مِنَ الْمَرْحُومِينَ، وَاجْعَلْنَا فِيهِ مِنَ الْمَقْبُولِينَ، وَبَلِّغْنَا بِفَضْلِكَ أَعْلَى دَرَجَاتِ الْجَنَّاتِ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا. عِبَادَ اللَّهِ: اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. وَأَقِمِ الصَّلَاةَ

Wahai pemilik harapan, kau berada di bulan Ramadhan

Khutbah Jum’at, 02 Ramadhan 1444 H / 24  Maret 2023 M

Wahai pemilik harapan, kau berada di bulan Ramadhan

Khutbah Pertama

    الحَمْدُ للهِ الَّذِي أَكْرَمَ عِبَادَهُ بِشَهْرِ الرَّحَمَاتِ، وَتَفَضَّلَ عَلَيْهِمْ فِيهِ بِإِجَابَةِ الدَّعَوَاتِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، سَيِّدُ الأَوَّلِينَ، وَإِمَامُ أَهْلِ الفَضْلِ المُتَّقِينَ، صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُقْتَفِينَ آثَارَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أَمَّا بَعْدُ

Aku berwasiat kepada kalian dan kepada diriku agar bertakwa kepada Allah dan sabar dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya, karena ketaatan akan menyelamatkan kita dari siksa-Nya dan mendekatkan kepada kelembutan dan pahala-Nya yang berlimpah : Tuhan kita Jalla Jalaluh berfirman dalam kitab-Nya:

إِنَّهُ مَن يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ

“Sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik” (Yusuf 12 : 90). Serta ketahuilah wahai -jamaah yang dirahmati oleh Allah- bahwa kita pada hari-hari yang lalu berharap berjumpa dengan bulan Ramadhan, kita berdoa sungguh-sungguh kepada Allah agar memberkahi kita bertemu dengan bulan penuh ampunan, hati orang yang merindukan sangat merindukan perjumpaan itu, dan jiwa para murid mengharap pahalanya tanpa sabar, bagaimana tidak ? Sedangkan Nabi Saw telah menjelaskan dalam sabdanya :

إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ، وغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ، وسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ

“Bila masuk bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka di tutup dan syaitan dibelenggu”. Maka orang yang berharap kebaikan, sambutlah dengan penuh semangat dalam menjalankan ketaatan, karena bulan Ramadhan telah membuka tirai Rahmat Allah dengan membawa penuh keutamaannya :

وَلَوْ عَلِمْتُمْ مَا فِي فَضْلِ رَمَضَانَ لَتَمَنَّيْتُمْ أَنْ يَكُونَ سَنَةً

“Jika kalian mengetahui keutamaan yang terkandung pada bulan Ramadhan, maka kalian pasti berharap Ramadhan setahun penuh”

Kaum mukminin yang mulia : Tuhan kita berfirman :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (Al Baqarah 2 : 185), sebuah bulan yang dijadikan oleh Allah memiliki kepantasan untuk diturunkan Al Quran di dalamnya, ia merupakan bulan yang memiliki kedudukan yang tinggi dan terhormat, serta di dalamnya terdapat keutamaan yang melimpah, ia ibarat stasiun penyedia ketakwaan, Allah Jalla wa Ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Al Baqarah 2 : 183). Pada bulan Ramadhan keburukan diampuni dan dosa-dosa yang membinasakan digugurkan, dari Abu Hurairah RA berkata ; Rasulullah Saw bersabda :

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan pengharapan pahala, maka diampuni baginya dosa yang terdahulu”. Dengan berpuasa, kaum mukminin merasa bahagia dengan perjumpaan dengan Tuhan mereka : “Seorang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan; bahagia saat berbuka dan bahagia saat berjumpa dengan Tuhannya”. Maka wahai hamba Allah, adakah kebaikan yang lebih agung dari ini ? dan adakah kedermawanan yang lebih membahagiakan seseorang melebihi ini ? Dan apakah masuk akal bila seseorang menyia-nyiakan waktunya di bulan Ramadhan ? Maka berhati-hatilah, karena Nabi Muhammad Saw telah bersabda :

رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ

“Celakalah seseorang, yang memasuki Bulan Ramadhan kemudian ia keluar sebelum ia mendapatkan ampunan”.

Kaum muslimin : sesungguhnya pintu Tuhan kalian tidak tertutup di hadapan orang yang mendatangi-Nya dengan penuh harap, maka kembalilah kepada-Nya dengan penuh harapan, karena Dia akan menerima taubat seorang hamba yang bertaubat, Dia akan mengampuni kesalahannya bila ia kembali :

وهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ

“Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan” (As Syura 42 : 25). Ramadhan ibarat pintu besar bagi pengampunan dosa, Nabi yang penuh kasih dan menyejukkan hati bersabda :

الصَّلَوَاتُ الخَمْسُ، وَالجُمُعَةُ إِلَى الجُمُعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الكَبَائِرَ

“Antara shalat lima waktu, (shalat) jum’at ke (shalat) jum’at (berikutnya), (puasa) Ramadhan ke (puasa) Ramadhan (berikutnya) melebur dosa-dosa yang terdapat diantaranya, selama pelakunya menjauhi dosa-dosa besar”, maka jangan berputus asa dari rahmat dan ampunan-Nya, Allah yang mulia asma’-Nya berfirman:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az Zumar 39 : 53). Tidak diragukan lagi bahwa kembali kepada Allah merupakan sebab masuk surga dan mendapatkan kenikmatan di dalamnya, penolak segala kesedihan, pembangkit cahaya bagi pelakunya, Tuhan kita berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu” (At Tahrim 66 : 8)

Bertakwalah kepada Allah -wahai hamba Allah- serta yakinlah bahwa kesempatan untuk bertaubat selalu terbuka dan lapangan untuk mendekatkan diri kepada Allah sangatlah luas, maka bersegeralah mengerjakan amal yang dapat mendekatkan diri kepada Tuhan kalian dan membebaskan kalian dari adzab-Nya dan melindungi kalian, Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan” (Al Hajj 22 : 77)

        أقُولُ قَوْلي هَذَا   وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ  لي وَلَكُمْ،   فَاسْتغْفِرُوهُ   يَغْفِرْ لَكُمْ  إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ،  وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ لَكُمْ   إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ ۚ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، صلى الله عليه وسلم، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَأَتْبَاعِهِ المُقْتَفِينَ آثَارَهُ وَخُطَاهُ أَمَّا بَعْدُ

Bertakwalah kepada Allah -wahai hamba Allah- serta ketahuilah bahwa datangnya hadiah sesuai dengan kompetisi, sebesar ketekunan dan kesungguhanmu dalam berbuat baik untuk diri sendiri, pemberian akan diberikan, dan ini merupakan bulan puasa, maka bersiap-siaplah berlomba di medan ketaatan, dari Abu Hurairah Ra berkata : Rasulullah Saw bersabda :

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ، الحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا، إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ، قالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلَّا الصَّوْمَ؛ فَإِنَّهُ لِي، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي

“Setiap amalan anak Adam dilipatgandakan, satu kebaikan dibalas sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat lebih. Allah Azza wa Jalla berfirman : kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa untuk-Ku dan Aku yang akan memberi balasan karena amalan itu, karena ia telah meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku”. Di antara cara untuk mempermudah amal manusia serta kesungguhannya adalah bertawakkal kepada Allah, karena tawakkal merupakan wasiat Allah terhadap Nabi-Nya :

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ   وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ   إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (As Syu’ara’ 26 : 217-220). Dan menyadari bahwa Allah Maha Mengetahui dan mengawasi segala amal kita dan memperteguh tekad kita, mengangkat semangat kita, agar kita lebih bersungguh-sungguh dalam mendekatkan diri kepada Allah, Dia berfirman dalam hadits Qudsi :

وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ، كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ

“Hamba–Ku senantias mendekatkan diri kepada–Ku dengan amalan–amalan nafilah (sunnah) hingga Aku mencintainya, Apabila Aku mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, Aku menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, Aku menjadi tangannya yang ia gunakan untuk memegang  dan Aku menjadi kakinya yang ia gunakan untuk melangkah. Jika ia meminta kepada–Ku pasti Aku memberinya dan jika ia meminta perlindungan kepada–Ku pasti Aku akan melindunginya”

Bertakwalah kepada Allah -wahai hamba Allah- serta gunakanlah waktu kalian, pompalah semangat kalian, menghadaplah kepada Allah dengan penuh jiwa, serta ingatlah firman Tuhan kalian :

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (An Nahl 16 : 97)

هذَا، وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى رَسُولِ اللهِ الأَمِينِ، فَقَدْ أَمَرَكُمْ رَبُّكُمْ بِذَلكَ حِينَ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّم عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلَّمتَ عَلَى نَبِيِّنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ نَبِيِّنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى نَبِيِّنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ نَبِيِّنَا إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِينَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِينَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَعَنِ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وعَنْ جَمْعِنَا هَذَا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِينَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُومًا. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلامَ وَاهْدِ الْمُسْلِمِينَ إِلَى الْحَقِّ، وَاجْمعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الخَيْرِ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلامَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ يَا ذَا الجَلالِ وَالإِكْرَامِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ بِكَ نَستَجِيرُ، وَبِرَحْمَتِكَ نَستَغِيثُ أَلاَّ تَكِلَنَا إِلَى أَنفُسِنَا طَرفَةَ عَينٍ، وَلاَ أَدنَى مِنْ ذَلِكَ، وَأَصلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ يَا مُصلِحَ شَأْنِ الصَّالِحِينَ. اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِينَ، اللَّهُمَّ أَسْبِغْ عَلَيْهِ نِعمَتَكَ، وَأَيِّدْهُ بِنُورِ حِكْمَتِكَ، وَسَدِّدْهُ بِتَوفِيقِكَ، وَاحفَظْهُ بِعَينِ رِعَايَتِكَ. اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ. رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَات، المُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَات، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدُّعَاءِ. عِبَادَ الله إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Hidupmu merupakan amanah

Khutbah Jum’at, 24 Sya’ban 1444 H / 17 Maret 2023 M

Hidupmu merupakan amanah

Khutbah Pertama

 الحَمْدُ للهِ الَّذِي حَمَلَنَا فِي البَرِّ وَالبَحْرِ، وَرَزَقَنَا مِنَ الطَّيِّبَاتِ، وَامْتَنَّ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ المَرْكَبَاتِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَىٰ دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، الدَّاعِي إِلَى السَّكِينَةِ، وَالمُرْشِدُ إِلى الْفَضِيلَةِ، صلى الله عليه وسلم، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اتَّبَعَ هَدْيَهُ إِلَى يَوْمِ لِقَاءِ رَبِّهِ. أَمَّا بَعْدُ

Aku berwasiat kepada kalian dan kepada diriku agar bertakwa kepada Allah dan mentaati-Nya : Dia berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَّا يَجْزِي وَالِدٌ عَن وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَن وَالِدِهِ شَيْئًا ۚ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ

“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (menta’ati) Allah” (Luqman 31 : 33). Ketahuilah wahai hamba Allah, bahwa Allah Azza wa Jalla telah memuliakan manusia dan memberinya banyak keistimewaan :

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (Al Isra’ 17 : 70). Dihadapan nikmat Allah yang tidak terbatas dan tidak terbilang, hendaknya seorang mukmin memposisikan sebagai orang yang bersyukur dan berdzikir, syukur seorang muslim atas segala nikmat Allah yang berwujud hidayah yang datang dari Tuhannya Swt :

وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

 “dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah” (Al Baqarah 2 : 172). Tidak termasuk bersyukur ketika kamu menggunakan nikmat-nikmat dari Allah Swt untuk selain tujuan penciptaannya :

وَمَن يُبَدِّلْ نِعْمَةَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مَا جَاءَتْهُ فَإِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan barangsiapa yang menukar ni`mat Allah setelah datang nikmat itu kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya” (Al Baqarah 2 : 211 )

Hamba Allah yang mulia : sesungguhnya di antara nikmat Allah yang dilimpahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah diberikannya kemudahan berpindah-pindah melalui beragam jenis transportasi:

وَالْخَيْلَ وَالْبِغَالَ وَالْحَمِيرَ لِتَرْكَبُوهَا وَزِينَةً ۚ وَيَخْلُقُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya” (An Nahl 16 : 8). Allah Swt menciptakan beragam sarana transportasi daratan, udara dan lautan yang belum pernah terbersit pada hamba-hamba-Nya, dan di masa depan banyak kebaikan yang disediakan oleh Allah untuk para hamba-Nya, artinya manusia hendaknya menggunakan beragam sarana tranportasi dengan penuh bijak dan untuk tujuan yang benar, Nabi Saw bersabda :

أَعْطُوا الطَّرِيقَ حَقَّهُ، قَالُوا: وَمَا حَقُّ الطَّرِيقِ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: غَضُّ البَصَرِ، وَكَفُّ الأَذَى، وَرَدُّ السَّلامِ، وَالأَمْرُ بِالمَعْرُوفِ، وَالنَّهْيُ عَنِ المُنْكَرِ

“Berikan jalan haknya, mereka bertanya : apa hak  jalan wahai Rasulullah ? Beliau menjawab : menundukkan pandangan, menghilangkan gangguan, menjawab salam, memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran”. Hak Allah Azza wa Jalla di jalanan adalah pengguna jalan hendaknya menggunakan jalan untuk kemanfaatan bukan kemudaratan, karena tidak boleh melakukan perbuatan (mudharat) yang mencelakakan diri sendiri dan orang lain dalam Islam, dan bila kita perhatikan pada statistik kecelakaan lalu lintas, kita akan menemukan jumlahnya ratusan, maka bagi orang-orang yang berakal hendaknya menghadapi fenomena ini dan mencari jalan keluar dari pengaruh kecelakaan tersebut, padahal Allah Swt telah menganjurkan untuk membangun masyarakat yang saling bahu membahu dan saling menolong, seperti disampaikan oleh Nabi Saw dalam haditsnya :

تَرَى المُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالحُمَّى

“Kamu melihat kaum mukminin dalam berkasih sayang, mencintai, tenggang rasa seperti satu tubuh, jika ada bagian tubuh yang sakit maka seluruh tubuh lainnya tidak bisa tidur dan merasakan panas”. Jadikan budaya lalu lintas sebagai tanggung jawab yang dirasakan oleh semua

Hamba Allah; bila kita perhatikan bahwa penyebab kecelakaan itu banyak, tapi pada umumnya terjadi karena kesalahan manusia sendiri, seperti karena kecepatan yang berlebihan, teledor, lelah, mabuk, menyalip dengan cara yang salah, berhenti seketika, tidak menjaga jarak, atau kurang berhati-hati ketika menghadapi kejutan di jalanan, atau karena kendaraan dan jalan yang kurang terawat, perubahan cuaca, disamping beberapa penyebab di atas ada penyebab lain yang belakangan terjadi seperti sibuk menggunakan telepon saat mengemudi, oleh karena itu -wahai hamba Allah- walaupun penyebab kecelakaan itu beragam, tapi seorang mukmin hendaknya berhati-hati agar terhindar dari kecelakaan serta hendaknya mencari jalan selamat, Allah Swt berfirman :

وَلَا تَقْتُلُوا أَنفُسَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا  وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ عُدْوَانًا وَظُلْمًا فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَارًا ۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah” (An Nisa’ 4 : 29-30). Orang yang mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan tinggi, atau sengaja ingin memamerkan suara ban kendaraanya saat kecepatan tinggi, atau agar ia terlihat pandai mengemudi dengan gerakan zigzag, apakah ia tidak menyadari firman Allah berikut ini :

وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung” (Al Isra’ 17 : 37), sehingga kesembronoan dan kecepatannya membuat dirinya binasa, orang lain ikut terluka, jiwa melayang dan membuat anak-anak menjadi yatim, isteri menjadi janda dan menjadi beban bagi ibu mereka, lalu apa yang akan dijadikan jawaban pada hari kiamat :

وَقِفُوهُمْ ۖ إِنَّهُم مَّسْئُولُونَ

“Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya” (As Shaffat 37 : 24), Allah berfirman :

وَلَتُسْأَلُنَّ عَمَّا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan” (An Nahl 16 : 93). Begitu pula orang yang meminum minuman keras atau menggunakan narkotika lalu ia mengemudikan kendaraan, ia tidak tahu apa yang ia lakukan, kemana kendaraannya mengarah, karena dengan meminum minuman keras, kemampuannya untuk menguasai stir mobilnya hilang hingga ia menabrak dan berakibat pada kerusakan pada diri dan diri orang lain, bahkan harta mereka juga ikut sirna, hal ini merupakan akibat yang menyakitkan dan berapa banyak kecelakaan seperti ini terjadi, apakah ia tidak menyadari firman Allah Swt :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ ۖ فَهَلْ أَنتُم مُّنتَهُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)” (Al Maidah 5 : 90-91). Ketika para sahabat Nabi Saw mendengar ayat ini, mereka berkata : kami berhenti, kami berhenti wahai Tuhanku

Dirimu -wahai pengemudi- merupakan amanah, dan semua yang dipercayakan kepadamu adalah amanah; mulai dari harta, keluarga dan anak, dan amanah itu pasti dimintai pertanggung jawabannya, dan termasuk penyia-nyiaan amanah adalah ketika sebagian orang tua menyerahkan kemudi kendaraan kepada anak dibawah umur, sehingga menimbulkan hal yang tidak diinginkan, hal ini termasuk pelanggaran berlalu lintas, maka sadarlah bahwa diberlakukannya peraturan bukan untuk disia-siakan, tapi ia merupakan hasil dari pengalaman dan keahlian, yang perlu ditaati agar jiwa, akal, keturunan, harta dan kehormatan dapat terlidungi.  

Bertakwalah kepada Allah -wahai hamba Allah-, hendaknya kalian menjaga amanah ruh, dengan mentaati aturan yang menjamin keselamatan saat berlalu lintas di jalan :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui” (Al Anfal 8 : 27)

أقُولُ قَوْلي هَذَا   وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ   لي وَلَكُمْ،   فَاسْتغْفِرُوهُ   يَغْفِرْ لَكُمْ    إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ،  وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ لَكُمْ   إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ

Khutbah Kedua

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، المَلِكُ الحَقُّ المُبِينُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ الأَمِينُ، صلى الله عليه وسلم، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ أَمَّا بَعْدُ

Hamba Allah yang mulia : sesungguhnya salah satu bentuk kesembronoan adalah mengemudikan kendaraan sambil menelpon, membalas pesan, atau membuka berbagai program di telpon, disebutkan oleh sebagian ahli bahwa secerdas apapun manusia, ia tidak akan mampu menunaikan lebih dari satu tugas dalam satu waktu, pasti akan terjadi kesalahan, boleh jadi menggunakan telpon bisa mengganggu fokusnya di jalan raya, dua detik mengemudi tidak fokus dengan kecepatan 100 KM/jam, sepadan dengan mengemudi 60 meter dengan mata terpejam atau menempuh jalan dalam gelap gulita tanpa penerangan lampu. Pada saat lalai tersebut dan ia sibuk dengan selain jalanan di hadapannya ia bisa kehilangan arah, sehingga kendaraannya berjalan tanpa arah tertentu, yang dapat menimbulkan kecelakaan, dan membuat petaka yang menyakitkan, oleh karena itu orang yang berakal harus berhati-hati, jangan menjadikan teleponnya sebagai penyebab kecelakaan, tidakkah kamu menyimak panggilan Tuhanmu berikut ini :

خُذُوا حِذْرَكُمْ

“dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata” (An Nisa’ 4 : 102)

وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ

“dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (Al Baqarah 2 : 195)

Bertakwalah kepada Allah -wahai hamba Allah- lindungilah diri kalian dan jangan menjadikan kesalahan kalian bisa menghilangkan nyawa dan semua yang kalian miliki, karena nilai manusia dalam Islam sangat berharga, nyawa seorang muslim sungguh mulia, oleh karena itu kita dapati banyak nash syariat yang berkaitan dengan hukum jiwa manusia, salah satunya seperti firman Allah berikut ini :

وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya)” (Al An’am 6 : 151)

هذَا، وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى رَسُولِ اللهِ الأَمِينِ، فَقَدْ أَمَرَكُمْ رَبُّكُمْ بِذَلكَ حِينَ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّم عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلَّمتَ عَلَى نَبِيِّنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ نَبِيِّنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى نَبِيِّنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ نَبِيِّنَا إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِينَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِينَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَعَنِ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وعَنْ جَمْعِنَا هَذَا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِينَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُومًا. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلامَ وَاهْدِ الْمُسْلِمِينَ إِلَى الْحَقِّ، وَاجْمعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الخَيْرِ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلامَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ.  اللَّهُمَّ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ يَا ذَا الجَلالِ وَالإِكْرَامِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ بِكَ نَستَجِيرُ، وَبِرَحْمَتِكَ نَستَغِيثُ أَلاَّ تَكِلَنَا إِلَى أَنفُسِنَا طَرفَةَ عَينٍ، وَلاَ أَدنَى مِنْ ذَلِكَ، وَأَصلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ يَا مُصلِحَ شَأْنِ الصَّالِحِينَ. اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِينَ، اللَّهُمَّ أَسْبِغْ عَلَيْهِ نِعمَتَكَ، وَأَيِّدْهُ بِنُورِ حِكْمَتِكَ، وَسَدِّدْهُ بِتَوفِيقِكَ، وَاحفَظْهُ بِعَينِ رِعَايَتِكَ. اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ. رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَات، المُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَات، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدُّعَاء. عِبَادَ الله إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Ramadhan, bulan kebaikan dan keimanan

Khutbah Jum’at, 25 Sya’ban 1444 H / 17 Maret 2023 M

Ramadhan, bulan kebaikan dan keimanan

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ ذِي الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، جَعَلَ رَمَضَانَ أَفْضَلَ شُهُورِ الْعَامِ، اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ، آمَنَّا بِكَ وَبِمَلَائِكَتِكَ، وَكُتُبِكَ وَرُسُلِكَ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، رَضِينَا بِكَ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ، وَخَاتَمُ رُسُلِكَ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ. أَمَّا بَعْدُ

Aku berwasiat kepada kalian -wahai hamba Allah- dan kepada diriku agar bertakwa kepada Allah, Dia berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Al Baqarah 2 : 183). Kaum mukminin yang mulia ; beberapa hari lagi kita akan menyambut bulan Ramadhan penuh berkah, maka Ya Allah, sampaikan kami pada bulan mulia ini dan masukkan kami ke dalam hilal Ramadhan:

‌بِالْيُمْنِ وَالْإِيمَانِ، وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ

“Dengan penuh keberkahan, keimanan, keselamatan dan keislaman” (Ahmad 1397). Ia merupakan bulan agung, bulan penuh kebaikan dan keberkahan, pintu-pintu surga dibuka pada bulan tersebut, seperti dijelaskan oleh Rasulullah Saw dalam sabdanya :

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ؛ فُتِحَتْ ‌أَبْوَابُ ‌الْجَنَّةِ

“Bila datang bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka” (Muttafaq ‘Alaih). Hal itu karena di dalamnya, banyak pintu ketaatan dan beragam ibadah, serta kebaikan dilipat gandakan dan kesalahan diampuni, maka :

يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ

“Wahai pencari kebaikan sambutlah” (At Tirmidzi 682). Karena bulan kebaikan ini telah tiba, waktunya sangat berharga dan hari-harinya begitu singkat, Allah Swt berfirman :

‌أَيَّامًا ‌مَعْدُودَاتٍ

“(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu” (Al Baqarah 2 : 184). Ingatlah bahwa orang yang berbahagia adalah orang yang menggunakan kesempatan tersebut untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan berpuasa di siang hari dan menunaikan shalat di malam hari dengan mengharap ridha dan ampunan Allah Swt, Rasulullah Saw bersabda :

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَقَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا؛ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa berpuasa Ramadhan dan shalat malam dengan penuh keimanan dan pengharapan pahala, maka diampuni dosanya yang telah lalu” (Abu Daud 1371, At Tirmidzi 683 dan Ibnu Majah 1326)

Hamba Allah yang mulia : sesungguhnya di antara penggunaan waktu yang tepat di bulan Ramadhan adalah dengan membaca Al Quran, menyimak dan menghayatinya, karena Ramadhan merupakan bulan Al Quran, Allah Swt berfirman :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)” (Al Baqarah 2 : 185). Para sahabat RA beri’tikaf membaca Al Quran, berdzikir dengan mengharap pahala dan ampuan dari segala dosa serta mengharap syafaat di sisi Tuhan Yang Maha Tahu yang ghaib, Nabi Saw bersabda :

الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ الصِّيَامُ: أَيْ رَبِّ، مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ. وَيَقُولُ الْقُرْآنُ: مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ. قَالَ: فَيُشَفَّعَانِ

“Sesungguhnya puasa dan Al Quran memberi syafaat kepada seorang hamba pada hari Kiamat. Puasa berkata : Ya Tuhanku aku telah menahan hasrat makan dan syahwatnya di siang hari, maka berilah aku izin untuk memberinya syafaat. Al Quran berkata : Wahai Tuhanku, aku telah menghalanginya dari tidur untuk qiyamullail, maka berilah aku izin untuk memberinya syafaat. Nabi bersabda : Maka keduanya diberikan izin untuk memberi syafaat” (Ahmad 6785)

Ya Allah, sampaikan kami pada bulan Ramadhan, bantulah kami untuk berpuasa dan shalat malam pada bulan tersebut, membaca Al Quran serta berkahilah kami pada hari dan malam bulan tersebut, berilah kami taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan agar ditaati, sebagai pengamalan atas firman-Mu : “Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59)

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَجْزَلَ الْمَثُوبَةَ لِلصَّائِمِينَ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى الْمَبْعُوثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ

Kaum mukminin yang mulia : sesungguhnya Ramadhan merupakan bulan penuh kerja, kegiatan, kesuksesan dan pencapaian, karena orang yang berpuasa mampu mengatur waktunya, memperkuat hubungannya dengan Tuhannya dengan menjaga shalatnya, Rasulullah Saw bersabda :

خَمْسُ صَلَوَاتٍ افْتَرَضَهُنَّ اللَّهُ تَعَالَى، مَنْ أَحْسَنَ ‌وُضُوءَهُنَّ وَصَلَّاهُنَّ لِوَقْتِهِنَّ، وَأَتَمَّ رُكُوعَهُنَّ وَخُشُوعَهُنَّ؛ كَانَ لَهُ عَلَى اللَّهِ عَهْدٌ أَنْ يَغْفِرَ لَهُ

“Lima shalat yang telah diwajibkan oleh Allah Ta’ala, barangsiapa membaguskan wudhu` dan shalatnya sesuai tepat waktunya serta menyempurnakan rukuk dan kekhusyu’annya, maka dia berhak mendapatkan janji dari Allah bahwa Dia akan mengampuninya” (Abu Daud 425). Orang yang berpuasa berinisiatif untuk membahagiakan orang-orang yang membutuhkan, berbagi kebaikan dengan sesama, sebagaimana ia berusaha untuk memperkuat hubungannya dengan keluarga, melalui dialog saat duduk bersama saat berbuka dan sahur, untuk memperkuat nilai-nilai dan adat istiadat pada diri keluarga, memperkuat kasih sayang antar keluarga agar keluarga menikmati suasana Ramadhan yang penuh berkah.

هَذَا وَصَلِّ اللَّهُمَّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الْأَكْرَمِينَ. اللَّهُمَّ احْفَظْ لِدَوْلَةِ الْإِمَارَاتِ أَمَانَهَا وَاسْتِقْرَارَهَا، وَأَدِمْ رَخَاءَهَا وَازْدِهَارَهَا، وَبَارِكْ فِي خَيْرَاتِهَا، وَاحْرُسْهَا بِرِعَايَتِكَ، وَاشْمَلْهَا بِعِنَايَتِكَ. اللَّهُمَّ وَفِّقْ رَئِيسَ الدَّوْلَةِ الشَّيْخ مُحَمَّد بْن زَايِد وَنَائِبَهُ وَإِخْوَانَهُ حُكَّامَ الْإِمَارَاتِ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ. اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيخ راشد، وَالْقَادَةَ الْمُؤَسِّسِينَ، وَالشَّيخ مَكْتُوم، وَالشَّيخ خَلِيفَة بْن زَايِد، وَأَدْخِلْهُمْ بِفَضْلِكَ فَسِيحَ جَنَّاتِكَ. وَارْحَمْ شُهَدَاءَ الْوَطَنِ وَضَاعِفْ أَجْرَهُمْ، وَارْفَعْ فِي الْجَنَّةِ دَرَجَتَهُمْ، وَشَفِّعْهُمْ فِي أَهْلِهِمْ. اللَّهُمَّ سَلِّمْنَا لِرَمَضَانَ، وَسَلِّمْهُ لَنَا، وَتَقَبَّلْهُ مِنَّا، اللَّهُمَّ أَعِنَّا فِيهِ عَلَى طَاعَتِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ. اللَّهُمَّ ارْحَمِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ: الْأَحْيَاءَ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتَ. اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا. عِبَادَ اللَّهِ: اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. وَأَقِمِ الصَّلَاةَ

Sumbangsih pemuda dan pertumbuhan

Khutbah Jum’at, 17 Sya’ban 1444 H / 10 Maret 2023 M

Sumbangsih pemuda dan pertumbuhan

Khutbah Pertama

​​   

 الحَمْدُ للهِ الَّذِي خَلَقَ الإِنْسَانَ مِنْ طِينٍ، وَجَعَلَ لَهُ فِي شَبَابِهِ قُوَّةَ التَّمْكِينِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيـكَ لَهُ، عَلَيْهِ نَتَوَكَّلُ وَبِهِ نَسْتَعِينُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، قُدْوَةُ الشَّبَابِ الصَّالِحِينَ، وَنِبْرَاسُ العَمَلِ الصَّالِحِ لِلمُتَّقِينَ العَامِلِينَ،صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أَمَّا بَعْدُ

Bertakwalah kepada Allah -wahai hamba Allah- serta bertakwalah kepada Allah wahai para pemuda, Allah Swt berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta’ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar” (Al Ahzab 33 : 70-71). Kalian -wahai para pemuda- perubahan masyarakat, kemajuan negara dan kebangkitan bangsa ada pada tangan kalian, masa muda merupakan masa keemasan umur manusia, karena pada masa tersebut masih ada kekuatan, kesehatan dan keteguhan, di masa itu ciri-ciri masa depan yang cerah terbentuk, tujuan serta harapan diwujudkan, Rasullah Saw bersabda :

المُؤْمِنُ القَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ المُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ، اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلا تَعْجِزْ

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu, minta tolonglah pada Allah dan jangan engkau lemah”. Sebesar kemajuan pemuda, cita-citanya yang tinggi serta perhatiannya yang besar, maka masyarakat akan maju dan bangsa akan bangkit. Dan berdasarkan kemalasan serta ketidakpedulian mereka, maka masyarakat akan mundur dan akan menjadi beban bagi lainnya, oleh karena itu -wahai para pemuda- bersiaplah kalian -semoga Allah memberkahi kalian- untuk mengemban tanggung jawab dalam pembangunan, kontribusi, keberlanjutan kemajuan dan pembangunan dengan penuh semangat, karena masyarakat kini membutuhkan tenaga kalian yang masih muda dalam pembangunan, yang mengharuskan kebersatuan hati dan barisan kalian untuk menjaga pencapaian. Masyarakat membutuhkan akhlak dan nilai-nilai mulia kalian untuk keberlangsungan kebaikan dan aliran kedermawanan.

Kaum mukminin yang mulia : sebagian pemuda tidak mengetahui rahasia penciptaan mereka, kenapa mereka diciptakan ? Kemana akhir perjalanan mereka ? Wahai para pemuda, Allah tidak menciptakan kalian sia-sia, tidak meninggalkan kalian tanpa tujuan, akan tetapi Dia menciptakanmu demi tujuan agung dan mulia, Dia menciptakanmu agar beribadah dan memakmurkan dunia dengan amal shalih :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ  إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh” (Ad Dzariyat51 : 56-58). Sebagian pemuda lalai tentang perkara penting ini, mereka menjadikan kehidupan mereka hanya sebatas diri mereka, mereka mewujudkan kesenangan dan syahwatnya saja, mereka tidak peduli apakah hal tersebut berasal dari yang halal atau haram, bahkan sebagian mereka terjerembab dalam kemaksiatan yang menghancurkan -semoga Allah melindungi kita-. Mereka tidak memikirkan masyarakat dan bangsa mereka, tentu bukan seperti ini kondisi seorang mukmin, sejatinya kondisi seorang mukmin adalah seperti yang ditegaskan oleh Allah dalam Al Quran :

إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى  وَرَبَطْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَن نَّدْعُوَ مِن دُونِهِ إِلَٰهًا ۖ لَّقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا

“Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk. Dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran” (Al Kahf 18 : 13). Keadaan mereka hendaknya seperti orang yang jatuh cinta, yang mengasihi saudaranya, mendatangkan kebaikan dan menjauhkan mereka dari keburukan serta saling menasehati antar mereka :

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (At Taubah 9 : 71). Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Seorang mukmin bagi mukmin lainnya laksana bangunan yang saling menguatkan”.

Wahai para pemuda : sesungguhnya kemajuan sebuah masyarakat dan peradaban, tidak mungkin terwujud tanpa adanya manhaj yang bersumber dari agama yang diyakini serta diridhai oleh Allah :

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (Al Maidah 5 : 3). Kondisinya kini mulai berubah bagi sebagian pemuda, perbuatan mereka bertentangan dengan ajaran agama, nilai dan prinsip-prinsinya, yang tampak pada ucapan, perbuatan dan akhkalnya, tidakkah mereka tahu bahwa Allah Melihat semua kondisi mereka dan Mengetahui apa yang mereka lakukan :

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (At Taubah 9 : 105). Dan Allah sering menggandengkan antara keimanan dan amal shaleh, karena keduanya merupakan perkara yang saling bertautan dan tidak bisa dipisah :

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (Al Baqarah 2 : 277).

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَخْبَتُوا إِلَىٰ رَبِّهِمْ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni surga mereka kekal di dalamnya” (Hud 11 : 23). Teruslah bekerja wahai para pemuda, tunaikanlah perintah Allah, jauhilah larangan-Nya, lakukan pekerjaan dan tugas yang kalian emban dengan penuh tanggung jawab, menjaga pencapaian negara dan bangsa kalian. Waspadalah terhadap segala sesuatu yang membawa pada keburukan dan kerusakan, serta bersegeralah pada yang baik dan benar :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (An Nisa’ 4 : 59)

أقُولُ قَوْلي هَذَا وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ لي وَلَكُمْ، فَاسْتغْفِرُوهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ،  وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ لَكُمْ   إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ.

Khutbah Kedua

 الحَمْدُ للهِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيـكَ لَهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَصَحْـبِهِ وَمَنْ وَالاهُ

  Wahai para pemuda : berbanggalah dengan agama, akhlak dan identitas kalian yang murni :

وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ

“Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin” (Al Munafiqun 63 : 8).

مَن كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا

“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya” (Fathir 35 : 10). Pengaruhilah orang lain dengan agama dan keberteladanan kepada nabi kalian, dengan membawa dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia dengan interaksi dan akhlak mulia kalian, serta berhati-hatilah jangan sampai berlari mengikuti setiap suara gempita dan terpengaruh oleh semua arus, mungkin engkau menemukan beberapa anak muda yang tidak bangga dengan kepribadiannya, kalah secara psikologis dan intelektual, meninggalkan patriotisme dan warisan budayanya, meniru setiap pengacau, melakukan tindakan yang merugikan keluarganya, yang mereka buktikan dalam tindakan dan ucapan mereka, mereka meniru gerak gerik yang mereka dapati di jalanan ! seakan-akan manusia ini tidak memiliki agama, prinsip, nilai dan akhlak :

فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَىٰ أَن تُصِيبَنَا دَائِرَةٌ ۚ فَعَسَى اللَّهُ أَن يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِّنْ عِندِهِ فَيُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا أَسَرُّوا فِي أَنفُسِهِمْ نَادِمِينَ

“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana”. Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka” (Al Maidah 5 : 52). Rasul kita Muhammad Saw mengingatkan :

لا يَكُنْ أَحَدُكُمْ إِمَّعَةً، يَقُولُ: أَنَا مَعَ النَّاسِ، إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنْتُ، وَإِنْ أَسَاؤُوا أَسَأْتُ، وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ، إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا، وَإِنْ أَسَاؤُوا أَلَّا تَظْلِمُوا

“Janganlah seseorang dari kalian menjadi latah (dengan) mengatakan: Aku bersama khalayak, bila mereka baik maka aku pun baik dan bila mereka jahat maka aku pun menjadi jahat. Tetapi kawallah dirimu, jika manusia baik hendaklah kamu juga baik dan jika manusia jahat, hendaklah kamu tidak berlaku dzalim”

Bertakwalah kepada Allah -wahai hamba Allah- serta merasalah selalu diawasi oleh Allah saat berbuat dan berbicara, karena Allah Maha Mengetahui segala kondisi kalian, mengetahui rahasia dan yang diungkapkan oleh kalian :

وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ الْآزِفَةِ إِذِ الْقُلُوبُ لَدَى الْحَنَاجِرِ كَاظِمِينَ ۚ مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلَا شَفِيعٍ يُطَاعُ  يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ  وَاللَّهُ يَقْضِي بِالْحَقِّ ۖ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِهِ لَا يَقْضُونَ بِشَيْءٍ ۗ إِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa’at yang diterima syafa’atnya. Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. Dan Allah menghukum dengan keadilan. Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tiada dapat menghukum dengan sesuatu apapun. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Ghafir 40 : 18-20)

هذَا، وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى رَسُولِ اللهِ الأَمِينِ، فَقَدْ أَمَرَكُمْ رَبُّكُمْ بِذَلكَ حِينَ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا  اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّم عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلَّمتَ عَلَى نَبِيِّنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ نَبِيِّنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى نَبِيِّنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ نَبِيِّنَا إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِينَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِينَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَعَنِ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وعَنْ جَمْعِنَا هَذَا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِينَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُومًا. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلامَ وَاهْدِ الْمُسْلِمِينَ إِلَى الْحَقِّ، وَاجْمعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الخَيْرِ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلامَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ يَا ذَا الجَلالِ وَالإِكْرَامِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ بِكَ نَستَجِيرُ، وَبِرَحْمَتِكَ نَستَغِيثُ أَلاَّ تَكِلَنَا إِلَى أَنفُسِنَا طَرفَةَ عَينٍ، وَلاَ أَدنَى مِنْ ذَلِكَ، وَأَصلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ يَا مُصلِحَ شَأْنِ الصَّالِحِينَ. اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِينَ، اللَّهُمَّ أَسْبِغْ عَلَيْهِ نِعمَتَكَ، وَأَيِّدْهُ بِنُورِ حِكْمَتِكَ، وَسَدِّدْهُ بِتَوفِيقِكَ، وَاحفَظْهُ بِعَينِ رِعَايَتِكَ. اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ. رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَات، المُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَات، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدُّعَاءِ. عِبَادَ الله إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Menahan amarah

Khutbah Jum’at, 18 Sya’ban 1444 H / 10 Maret 2023 M

Dan orang-orang yang menahan amarahnya

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي حَثَّ عِبَادَهُ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى كَظْمِ غَيْظِهِمْ، وَوَعَدَهُمْ بِمَغْفِرَةِ ذُنُوبِهِمْ، اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ، آمَنَّا بِكَ وَبِمَلَائِكَتِكَ، وَكُتُبِكَ وَرُسُلِكَ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، رَضِينَا بِكَ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ

Aku berwasiat kepada kalian -wahai hamba Allah- dan kepada diriku agar bertakwa kepada Allah, serta bersegeralah menuju ridha dan surga-Nya, Dia berfirman :

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ* الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ ‌وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (Ali Imran 4 : 133-134). Allah Swt menjelaskan pada dua ayat di atas bahwa menahan amarah termasuk sifat orang-orang yang bertakwa dan ciri orang-orang yang berbuat kebajikan. Al Ghaidh yang dimaksud adalah amarah besar, dan orang-orang yang menahan amarahnya adalah mereka yang menguasai dirinya dan menjauhkan orang lain dari keburukannya dengan berharap mendapatkan pahala dari Allah (Tafsir Ibnu Katsir 2/122). Maka Allah akan memberi mereka pahala dan balasan yang besar dan baik, Rasulullah Saw bersabda :

مَا مِنْ جُرْعَةٍ أَعْظَمُ أَجْرًا عِنْدَ اللَّهِ؛ مِنْ ‌جُرْعَةِ ‌غَيْظٍ كَظَمَهَا عَبْدٌ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ

“Tidak ada kekuatan menahan yang pahalanya lebih besar di sisi Allah daripada kekuatan menahan amarah seorang hamba demi mengharap ridha Allah” (Ibnu Majah 4189 dan Al Adab Al Mufrad 1381). Ali RA berkata : Tidak ada kekuatan menahan yang berakibat indah melebihi menahan amarah (Rabi’ul Abrar wa Nushushul Akhyar 2/220). Menahan amarah akan berpengaruh baik pada kejiwaan, mendatangkan ketentraman pada hati serta cinta di hati sesama, melahirkan kasih sayang, keserasian dan kelanggengan kasih sayang antar sesama.

Kaum mukminin yang mulia : sesungguhnya menahan amarah merupakan sifat mulia dan ia termasuk salah satu akhlak kenabian,

قَالَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: كُنْتُ أَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَعَلَيْهِ ثَوْبٌ غَلِيظُ الْحَاشِيَةِ، فَجَبَذَهُ رَجُلٌ بِرِدَائِهِ جَبْذَةً شَدِيدَةً، أَثَّرَتْ فِي عَاتِقِهِ صلى الله عليه وسلم، ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مُرْ لِي مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِي عِنْدَكَ. فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَتَبَسَّمَ، ثُمَّ أَمَرَ لَهُ بِعَطَاءٍ

Anas bin Malik RA berkata : aku berjalan bersama Rasulullah Saw, beliau mengenakan kain yang tebal ujungnya, lalu ada seorang Arab badui menariknya dengan keras hingga berbekas di leher beliau, kemudian ia berkata : wahai Muhammad, berikan kepadaku dari harta yang diberikan Allah kepadamu. Lalu Rasulullah Saw menoleh kepadanya dan tersenyum, kemudian beliau memerintahkan seorang sahabat untuk memberikan sesuatu kepadanya” (Muttafaq ‘Alaih). Barang siapa berteladan kepada sunnah Nabi Saw, dengan menahan amarah dan memperluas kesabarannya, maka pada hari kiamat ia akan datang ceria dengan membawa pahala, karena hatinya telah dipenuhi pengharapan pada Penciptanya, Rasulullah Saw bersabda :

‌وَمَنْ ‌كَظَمَ ‌غَيْظَهُ وَلَوْ شَاءَ أَنْ يُمْضِيَهُ أَمْضَاهُ؛ مَلَأَ اللَّهُ قَلْبَهُ رَجَاءً يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barang siapa dapat menahan amarahnya, walaupun ia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memenuhi hatinya dengan harapan pada hari kiamat” (Al Mu’jam As Shaghir, At Thabrani 681), maksudnya : ketentraman dengan derajat tinggi dan kebaikan yang besar yang di dapat di sisi Allah

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk golongan orang yang menahan amarah, dan mendapatkan surga serta berilah kami taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan agar ditaati, sebagai pengamalan atas firman-Mu : “Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59)

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْأَرْضِ وَالسَّمَاءِ، أَعَدَّ لِكَاظِمِ غَيْظِهِ أَعْظَمَ جَزَاءٍ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى الْمَبْعُوثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ

Kaum mukminin yang mulia : Rasulullah Saw menjelaskan kepada kita tentang sesuatu yang dapat membantu kita menurunkan amarah, dan beliau menganjurkan kita untuk menjauhi sebab-sebab pembangkit amarah, beliau bersabda menjawab orang yang memohon wasiat : jangan marah (Bukhari 6116). Karena berapa banyak kejadian dimana manusia tidak mampu menguasai amarahnya, sehingga menyebabkan putusnya hubungan dan persaudaraan, dan menimbulkan banyak masalah, jadi seseorang hendaknya menguasai amarahnya, menjaga bicaranya, dan juga memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk

Juga hendaknya ia menghadirkan dalam benaknya tentang pahala yang dijanjikan kepada orang-orang yang menahan amarahnya, karena Allah Swt membanggakan mereka pada hari kiamat di hadapan makhluk lainnya, Nabi Saw bersabda :

‌مَنْ ‌كَظَمَ ‌غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ ‌يُنْفِذَهُ؛ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُؤُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barang siapa mampu menahan amarahnya, padahal ia mampu melampiaskannya, maka Allah Azza wa Jalla akan memanggilanya di hadapan orang-orang pada hari kiamat” (Abu Daud 4777). Kemudian Allah mengampuni dosa mereka dan memasukkan mereka ke dalam surga yang telah mereka ketahui, Allah Swt berfirman :

أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ

“Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal” (Ali Imran 3 : 136). Sungguh balasan yang agung, ia mendapatkannya karena menahan amarahnya, menjaga pergaulan baiknya di rumah, di tempat kerja, bersama keluarga dan kerabat, tetangga, sahabat, teman dan bersama seluruh manusia.

 هَذَا وَصَلِّ اللَّهُمَّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الْأَكْرَمِينَ. اللَّهُمَّ احْفَظْ لِدَوْلَةِ الْإِمَارَاتِ أَمَانَهَا وَاسْتِقْرَارَهَا، وَأَدِمْ رَخَاءَهَا وَازْدِهَارَهَا، وَبَارِكْ فِي خَيْرَاتِهَا، وَاحْرُسْهَا بِرِعَايَتِكَ، وَاشْمَلْهَا بِعِنَايَتِكَ. اللَّهُمَّ وَفِّقْ رَئِيسَ الدَّوْلَةِ الشَّيْخ مُحَمَّد بْن زَايِد وَنَائِبَهُ وَإِخْوَانَهُ حُكَّامَ الْإِمَارَاتِ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ. اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيخ راشد، وَالْقَادَةَ الْمُؤَسِّسِينَ، وَالشَّيخ مَكْتُوم، وَالشَّيخ خَلِيفَة بْن زَايِد، وَأَدْخِلْهُمْ بِفَضْلِكَ فَسِيحَ جَنَّاتِكَ. وَارْحَمْ شُهَدَاءَ الْوَطَنِ وَضَاعِفْ أَجْرَهُمْ، وَارْفَعْ فِي الْجَنَّةِ دَرَجَتَهُمْ، وَشَفِّعْهُمْ فِي أَهْلِهِمْ. اللَّهُمَّ إِنِّا نَسْأَلُكَ ‌الْهُدَى ‌وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ: الْأَحْيَاءَ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتَ. اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا. عِبَادَ اللَّهِ: اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. وَأَقِمِ الصَّلَاةَ

Konsumen antara ketetapan dan perubahan

Khutbah Jum’at, 10 Sya’ban 1444 H / 03 Maret 2023 M

Konsumen antara ketetapan dan perubahan

Khutbah Pertama

​​   

الحَمْدُ للهِ الْمَنّانِ، أَمَرَ عِبَادَهُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ، وَنَهَاهُمْ عَنِ البَغْيِ وَالعُدْوَانِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، دَعَانَا إِلَى عَدَمِ الاحتِكَارِ، وَنَهَانَا عَنِ التَّبْذِيرِ وَالإِسْرَافِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، الصَّادِقُ الأَمِينُ، وَالسِّرَاجُ المُنِيرُ، صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الأَبْرَارِ. أَمَّا بَعْدُ

Bertakwalah kepada Allah -wahai hamba Allah- karena orang yang bertakwa kepada-Nya akan dibukakan pintu kebaikan baginya dan dijauhkan darinya segala sebab keburukan dan marabahaya :

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya” (At Thalaq 56 : 2-3).Hamba Allah yang mulia : di antara hikmah Allah agar hidup dapat berkelanjutan maka disana terdapat interaksi antar sesama, sehingga terwujud hikmah yang sempurna :

نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضًا سُخْرِيًّا

“Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain” (Az Zukhruf  43 : 32). Makhluk ini ditundukkan untuk saling berbakti, dan tidak mungkin manusia hidup menjauh dari saudara sesama manusia, harus ada jual beli, menerima dan memberi, akad dan muamalat, Islam datang mengatur muamalat tersebut, melalui penetapan beberapa hukum dan syariat untuk mengatur kehidupan manusia, menjaga diri dan jiwa mereka, berikut ayat yang mengajak kaum mukminin dan mukminat :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَن تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 29). Lalu larangan ini disandingkan dengan larangan lainnya, disebutkan dalam firman Yang Maha Bijaksana :

وَلَا تَقْتُلُوا أَنفُسَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (An Nisa’ 4 : 29). Konjungsi ini menunjukkan komitmen Dzat Yang Maha Benar bahwa transaksi keuangan harus membawa pada keselamatan dan jaminan bagi kehidupan manusia

أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ

“Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?” (At Tin 95 : 8)

Kaum mukminin yang mulia : sesungguhnya Islam yang mulia ini datang untuk memujudkan keadilan bagi seluruh manusia, ia mengajak pada hal yang dapat menjaga hak pembeli dan penjual, yaitu penjual tidak boleh merugikan pembeli dan pembeli tidak boleh merugikan penjual : “Barang siapa menipu maka ia tidak termasuk golongan kami”. Pemilik barang diperintahkan untuk memperlihatkan barang dagangannya apa adanya tanpa menyebutkan apa yang tidak ada di dalamnya, ia tidak berhak menyembunyikan cacatnya jika barang itu cacat, karena itu bertentangan dengan amanah yang harus dimiliki oleh  seseorang :

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” (Al Ahzab 33 : 72). Pembeli tidak berhak merugikan penjual; ia tidak memiliki hak untuk meremehkan barang dagangan, ia tidak memiliki hak untuk mengklaim bahwa ia mendapatkannya dengan harga yang lebih rendah dari harga yang dimilikinya, karena itu bertentangan dengan syariat dan akhlak yang diajarkan kepada pemuluknya oleh Allah dalam agama Islam : Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh menyebabkan bahaya dalam Islam. Kejujuran dan amanah merupakan dua sifat yang tidak dapat dipisahkan, seorang pedagang hendaknya memiliki sifat jujur ​​juga amanah. Dua sifat ini dimilik oleh kebanyakan pedangan muslim, melalui kedua sifat ini kaum muslimin mampu meraih hati orang-orang yang hendak masuk memeluk agama ini, dengan keduanya mereka mampu menarik kepercayaan mereka karena akhlak mulia dan prinsip mulia serta sifat yang agung. Ibadah manusia, seperti shalat, puasa, haji, dan zakat, memiliki efek yang tercermin pada interaksi manusia dalam jual beli dan saat mengambil dan memberi, sehingga engkau mendapati seorang mukmin sejati berada dalam manhaj Nabi Saw, seakan Quran berjalan di muka bumi :

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Al Ahzab 33 : 21)

Saudaraku seiman : Islam melarang monopoli (Tidak akan melakukan monopoli kecuali orang yang bersalah), jadi manusia dilarang untuk menumpuk barang-barang tertentu di gudangnya dengan tujuan agar orang lain yang membutuhkan tidak bisa mendapatkannya, kemudian dijual kepada mereka dengan harga diatas harga pasaran, atau barang tersebut akan dijual pada saat pasar kekurangan stok barang tersebut, sehingga permintaan lebih besar daripada persediaan, lalu ia menjualnya dengan harga yang sangat tinggi. Semua itu merupakan pelampauan batas yang dilarang oleh Allah, disebutkan dalam firman-Nya :

وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

“(tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (Al Baqarah 2 : 190). Bukan hak seseorang untuk membodohi orang dan menaikkan harga, karena itu adalah penipuan yang dilarang, sebagaimana terdapat dusta dan pembohongan terhadap konsumen, dan seorang mukmin dilarang berdusta, sebagai contoh menaikkan ongkos taksi bagi orang yang tidak mengetahuinya, atau menjual barang dengan harga yang berlebihan bagi orang yang tidak tahu sumber barang tersebut, itu semua merupakan tipu daya dan bentuk permusuhan, yang tidak boleh dilakukan di sebuah Negara yang mendapatkan pujian dari Rasulullah Saw dalam bidang akhlak, sebagaimana agama ini melindungi konsumen dengan melarang mencegat pemilik barang dan membelinya sebelum sampai ke pasar, dengan tujuan untuk dijual kembali dengan harga yang tinggi, dan orang yang mengetahui perbuatan tersebut hendaknya melaporkannya pada pihak yang berwajib yang bertugas melindungi hak-hak konsumen dan mengawasi pasar, itulah bagian dari tolong menolong dalam kebajikan dan ketakwaan :

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (Al Maidah 5 : 2)

Kaum mukminin : pada saat terjadi kenaikan harga-harga, maka hendaknya kita -sebagai konsumen dan pembeli- perlu memperhatikan beberapa hal, di antaranya adalah tidak membeli terlalu banyak, dan tidak menjadikan belanja sebagai hobby sebagaimana dilakukan oleh sebagian orang, karena harta dalam agama kita memiliki kedudukan yang agung dan mulia, manusia akan dimintai pertanggung jawaban, darimana ia mendapatkan harta dan untuk apa digunakan, dan sungguh bijak ungkapan Al Quran dimana Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya agar menjalankannya :

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (Al A’raf 7 : 31). Dikisahkan suatu hari Jabir bin Abdullah RA bertemu dengan Umar bin Khattab saat Jabir membawa daging, ia bertanya : apa ini wahai Jabir ? Ia menjawab : ini daging yang aku sukai lalu aku membelinya. Umar berkata kepadanya : Apakah setiap kali engkau menyukainya kau membelinya! Tidakkah kau takut wahai Jabir dari ayat berikut ini :

أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا

“Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja)” (Al Ahqaf 46 : 20). Menjaga prioritas merupakan tuntutan syariat dan kebutuhan yang mendesak, hendaknya pembelian tidak dihabiskan untuk aksesoris yang tidak memiliki nilai dan tidak ada manfaat dengan membelinya. Orang yang berakal adalah orang yang bersifat qanaah dan mengingat pesan Nabi Saw : “Lihatlah orang yang berada di bawah kamu, dan jangan lihat orang yang berada di atas kamu, karena dengan begitu kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kamu”

Bertakwalah kepada Allah -wahai hamba Allah- serta renungkanlah firman Allah

وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ

“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu” (Ad Dzariyat 51 : 22). Gantungkan hati kalian dengan Tuhan kalian, mohonlah keluasaan rahmat kepada-Nya, agar Dia menganugerahi kalian kebaikan dan memberikan keberkahan pada rezeki kalian

أقُولُ قَوْلي هَذَا  وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ   لي وَلَكُمْ،  فَاسْتغْفِرُوهُ   يَغْفِرْ لَكُمْ   إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ،  وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ لَكُمْ  إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ

Khutbah Kedua

الحَمْدُ للهِ، وَالصَّلاةُ وَالسَّلامُ عَلَى رَسُولِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاهُ. أَمَّا بَعْدُ

Bertakwalah kepada Allah -wahai hamba Allah- serta ketahuilah bahwa manusia bertanggung jawab atas hartanya dari mana ia mendapatkan dan digunakan untuk apa :

لا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ القِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ: عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ مَا عَمِلَ بِهِ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاهُ

“Tidak bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat, hingga ditanya tentang empat perkara, tentang umurnya untuk apa dihabiskan, ilmunya bagaimana ia amalkan, hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan dan tentang tubuhnya bagaimana ia memanfaatkanya”. Maka seorang mukmin wajib mencari yang halal lagi baik, dan sungguh luas pintu kehalalan :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah” (Al Baqarah 2 : 172). Dan di antara perkara yang diremehkan oleh sebagian manusia adalah memberikan cheque kosong, sebagai contoh seorang konsumen atau pedagang membeli sebuah barang atau properti, lalu pembeli memberi cheque kosong, boleh jadi penjual tidak teliti atau terlalu percaya, hingga hartanya hilang bagai dibawa angin, ia tidak mendapatkan barang, property dan bahkan ia tidak bisa mendapatkan nilai dari itu semua, ia terjatuh dalam penyesalan. Berapa banyak orang yang terjebak dalam tipuan seperti ini, ada yang kehilangan kendaraannya, kehilangan rumahnya, kehilangan barangnya, ia berlari mengejar orang yang telah menipunya. Jadi yang harus dilakukan oleh seseorang adalah harus benar-benar teliti dan sadar apa kewajibannya, ia harus tetap amanah dalam segala kondisi agar ia menikmati kebahagiaan dan beruntung di akhirat

هذَا، وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى رَسُولِ اللهِ الأَمِينِ، فَقَدْ أَمَرَكُمْ رَبُّكُمْ بِذَلكَ حِينَ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا  اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّم عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلَّمتَ عَلَى نَبِيِّنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ نَبِيِّنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى نَبِيِّنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ نَبِيِّنَا إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِينَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِينَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَعَنِ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وعَنْ جَمْعِنَا هَذَا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِينَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُومًا. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلامَ وَاهْدِ الْمُسْلِمِينَ إِلَى الْحَقِّ، وَاجْمعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الخَيْرِ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلامَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ يَا ذَا الجَلالِ وَالإِكْرَامِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ بِكَ نَستَجِيرُ، وَبِرَحْمَتِكَ نَستَغِيثُ أَلاَّ تَكِلَنَا إِلَى أَنفُسِنَا طَرفَةَ عَينٍ، وَلاَ أَدنَى مِنْ ذَلِكَ، وَأَصلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ يَا مُصلِحَ شَأْنِ الصَّالِحِينَ. اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِينَ، اللَّهُمَّ أَسْبِغْ عَلَيْهِ نِعمَتَكَ، وَأَيِّدْهُ بِنُورِ حِكْمَتِكَ، وَسَدِّدْهُ بِتَوفِيقِكَ، وَاحفَظْهُ بِعَينِ رِعَايَتِكَ. اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ. رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَات، المُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَات، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدُّعَاءِ. عِبَادَ الله إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk

Khutbah Jum’at, 11 Sya’ban 1444 H / 03 Maret 2023 M

Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي حَثَّنَا عَلَى الْإِكْثَارِ مِنَ الْحَسَنَاتِ، وَوَعَدَنَا عَلَيْهَا بِالْجَنَّاتِ، اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ، آمَنَّا بِكَ وَبِمَلَائِكَتِكَ، وَكُتُبِكَ وَرُسُلِكَ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، رَضِينَا بِكَ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ

Aku berwasiat kepada kalian -wahai hamba Allah- dan kepada diriku agar bertakwa kepada Allah, Dia berfirman :

قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ

“Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan” (Az Zumar 39 : 10). Kaum mukminin yang mulia :

أَتَى النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم رَجُلٌ أَصَابَ ذَنْبًا، فَذَكَرَهُ لَهُ، فَنَزَلَ قَوْلُ اللَّهِ تَعَالَى: وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، هَذَا لَهُ خَاصَّةً؟ قَالَ: بَلْ لِلنَّاسِ كَافَّةً

“Seseorang yang melakukan dosa mendatangi Nabi Saw, lalu ia bercerita kepadanya, kemudian turunlah ayat: “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat” (Hud 11 : 114), seorang dari kaum tersebut bertanya : wahai nabi Allah, ayat ini khusus baginya saja ?  beliau menjawab :  melainkan untuk manusia secara umum” (Muttafaq ‘Alaih). Betapa besar kasih sayang Allah terhadap hamba-hamba-Nya, Dia mengampuni dosa mereka, menghapus kesalahan mereka, bila mereka mengamalkan wasiat Rasulullah Saw yang berbunyi :

وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا

“Dan iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya” (At Tirmidzi 1987 dan Ahmad 21354). Siapa memperbanyak berbuat kebaikan, maka Allah dengan kemuliaan-Nya akan menghapus keburukannya di masa lalu dan menggantikannya dengan kebaikan pada buku catatan selanjutnya (Tafsir Ibnu Katsir 6/126). Rasulullah Saw mengisahkan kepada kita tentang seseorang yang :

يُؤْتَى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ… فَيُقَالُ: عَمِلْتَ يَوْمَ كَذَا وَكَذَا؛ كَذَا وَكَذَا، فَيَقُولُ: نَعَمْ… فَيُقَالُ لَهُ: فَإِنَّ لَكَ مَكَانَ كُلِّ سَيِّئَةٍ حَسَنَةً

“Didatangkan pada hari kiamat, kemudian ditanya : kamu pernah melakukan dosa ini ada hari ini? Benar, jawabnya. Lalu dikatakan kepadanya : sesungguhnya setiap dosa itu akan digantikan dengan kebaikan” (Muslim 190). Para ulama berpendapat ; sesungguhnya penggantian itu karena orang tersebut menyesali perbuatan buruknya, dan terus fokus pada setiap kali mengingatnya; ia bertambah rasa hormat dan rasa malu kepada Allah dan ia bersegera berbuat amal shaleh (Jami’ul Ulum wal Hikam 1/300), Allah berfirman :

فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

“Maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Al Furqan 25 : 70)

Hamba Allah yang mulia : sesungguhnya di antara rahmat Allah adalah dengan menjadikan shalat, sedekah, puasa, silaturrahim dan semua ketaatan dapat menghapus keburukan dan yang paling mulia adalah berdzikir kepada Allah, menyimak khutbah pada hari Jum’at, menghadiri majlis ilmu, Rasulullah Saw bersabda :

مَا مِنْ قَوْمٍ اجْتَمَعُوا يَذْكُرُونَ اللَّهَ، لَا يُرِيدُونَ بِذَلِكَ إِلَّا وَجْهَهُ، إِلَّا نَادَاهُمْ مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ: أَنْ قُومُوا مَغْفُورًا لَكُمْ، قَدْ بُدِّلَتْ سَيِّئَاتُكُمْ حَسَنَاتٍ

“Tidaklah sekelompok orang berkumpul sambil berdzikir kepada Allah, tidak memiliki tujuan selain mencari ridha-Nya, melainkan malaikat memanggil-manggil mereka dari langit: ‘berdirilah kalian semua dalam keadaan terampuni dan semua keburukan kalian diganti dengan kebaikan” (Ahmad 12453)

Ya Allah, mudahkanlah kami dalam mengerjakan kebaikan, berilah kami rezeki surga dan berilah kami taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati rasul-Mu Muhammad Saw dan mentaati orang yang Engkau perintahkan agar ditaati, sebagai pengamalan atas firman-Mu : “Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59)

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْأَرْضِ وَالسَّمَواتِ، يُضَاعِفُ لِعِبَادِهِ الْحَسَنَاتِ، وَيَرْفَعُ لَهُمُ الدَّرَجَاتِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى الْمَبْعُوثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ

Kaum mukminin yang mulia : sesungguhnya menggunakan waktu kebaikan terutama pada musim-musim kebaikan dan kini kita berada di bulan Sya’ban, yang termasuk bulan-bulan yang dipenuhi dengan keberkahan Ilahi dan amal selama satu tahun diangkat pada bulan inid, oleh karena itu Rasulullah Saw banyak berpuasa dan ia termasuk perbuatan baik teragung yang dengannya Allah menghapus keburukan,

عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عنْهُمَا قَالَ قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ. قَالَ: ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ

Dari Usamah bin Zaid RA berkata : aku bertanya :  Wahai Rasulullah, aku belum pernah melihat engkau berpuasa pada satu bulan dari bulan-bulan lainnya sebagaimana engkau berpuasa pada bulan Sya’ban? Rasulullah Saw menjawab: Bulan itu adalah bulan yang dilupakan manusia yaitu bulan antara Rajab dan Ramadhan, dan ia adalah bulan yang diangkat di dalamnya seluruh amalan kepada Tuhan semesta alam, dan aku senang amalanku diangkat dalam keadaan aku berpuasa” (An Nasai 2357). Di antara penyebab Allah mengampuni kesalahan dan menetapkan kebaikan pada seseorang adalah memaafkan kesalahan dan keteledoran, maka barang siapa menjaga atas kebersihan, keselamatan dan kemurnian hatinya dengan memaafkan sesamanya, maka Allah akan mengampuninya, Allah Azza wa Jalla berfirman :

وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ‌أَلَا ‌تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (An Nur 24 : 22)

هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى خَاتَمِ النَّبِيِّينَ وَالْمُرْسَلِينَ، كَمَا أَمَرَ رَبُّ الْعَالَمِينَ؛ فَقَالَ فِي كِتَابِهِ الْمُبِينِ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الْأَكْرَمِينَ. اللَّهُمَّ احْفَظْ لِدَوْلَةِ الْإِمَارَاتِ أَمَانَهَا وَاسْتِقْرَارَهَا، وَأَدِمْ رَخَاءَهَا وَازْدِهَارَهَا، وَبَارِكْ فِي خَيْرَاتِهَا، وَاحْرُسْهَا بِرِعَايَتِكَ، وَاشْمَلْهَا بِعِنَايَتِكَ. اللَّهُمَّ وَفِّقْ رَئِيسَ الدَّوْلَةِ الشَّيْخ مُحَمَّد بْن زَايِد وَنَائِبَهُ وَإِخْوَانَهُ حُكَّامَ الْإِمَارَاتِ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ. اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيْخ زَايِد، وَالشَّيخ راشد، وَالْقَادَةَ الْمُؤَسِّسِينَ، وَالشَّيخ مَكْتُوم، وَالشَّيخ خَلِيفَة بْن زَايِد، وَأَدْخِلْهُمْ بِفَضْلِكَ فَسِيحَ جَنَّاتِكَ. وَارْحَمْ شُهَدَاءَ الْوَطَنِ وَضَاعِفْ أَجْرَهُمْ، وَارْفَعْ فِي الْجَنَّةِ دَرَجَتَهُمْ، وَشَفِّعْهُمْ فِي أَهْلِهِمْ. اللَّهُمَّ ارْحَمِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ: الْأَحْيَاءَ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتَ. اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا. عِبَادَ اللَّهِ: اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. وَأَقِمِ الصَّلَاةَ